Minggu, 21 Agustus 2011

FANFIC: You And Somebody Else

Diposting oleh Your Sunday Morning di 21.50 0 komentar

Jepang lumayan dingin hari ini. Wajar saja, saat ini sudah hampir masuk musim dingin. Wajar juga kalau orang-orang sudah mulai memakai jaket-jaket tebal saat berpergian. Termasuk Taecyeon yang menyelinap keluar lokasi shooting darama DreamHigh saat breakshooting dan memutuskan berkeliling Tokyo sebentar.
Taecyeon melihat sekelilingnya sambil menggosok-gosok tangannya yang tidak mengenakan sarung tangan. Dingin. Seharusnya ia mengenakan sarung tangan tadi. Ia terburu-buru tadi. Takut para kru melihatnya keluar lalu mencegahnya. Ia tak mau. Ia ingin berkeliling Tokyo sebentar. Toh sekarang juga masih istirahat.
Jalanan ramai. Ia tak tahu pasti dimana ia sekarang. Biarlah. Nanti ia bisa naik taksi lalu meminta mengantar ke lokasi shootingnya.
Untuk kesekian kalinya Taecyeon memerhatikan jalan sekelilingnya. Masih ramai. Ada yang berjalan pelan, ada yang berlari terburu-buru sambil berkali-kali melirik jam tangannya, ada juga yang berjalan sambil menelpon. Tanpa sadar Taecyeon tersenyum memandangi semua itu. Ia selalu suka suasana Jepang yang seperti ini. Sayang setiap kesini ia tak pernah sempat berkeliling kota. Ia terlalu sibuk dengan jadwal keartisannya setiap berkunjung kemari.
Taecyeon berhenti disebuah perempatan lampu merah. Tidak jelas mengapa ia berhenti. Ia hanya merasa ingin menyeberang. Dan saat itulah ia tidak sengaja melihat beberapa gadis diseberang jalan yang sedang membagi-bagikan brosur. Matanya langsung tertuju pada gadis bermantel putih yang ikut membagi-bagikan brosur. Taecyeon tertegun. Lalu beberapa saat kemudian, tanpa disadarinya kakinya melangkah menyeberangi jalan.
###
Taecyeon menepuk bahu salah satu gadis bermantel putih yang diperhatikannya tadi. Gadis itu menoleh, mata bulatnya menatap bingung Taecyeon yang hanya berdiri diam ditempatnya.
“Emm.. English oke?” Saat gadis itu menoleh, Taecyeon baru menyadari bahwa bahasa Jepangnya payah sekali. Sementara gadis ini dihadapannya ini kemungkinan besar juga orang Jepang, meski ia tak yakin sepenuhnya.
Gadis didepannya itu mengangguk dan Taecyeon mulai berbicara dengan bahas Inggris.
“Itu brosur apa?” Taecyeon bertanya dalam bahasa inggris sambil menunjuk tumpukan brosur yang dipegang gadis didepannya.
“Oh ini brosur agensi penyewaan pemandu wisata agensi kami.” Jawab gadis didepannya sambil tersenyum ramah. “Ah.. Dan ini untuk anda.” Tambahnya sambil mengangsurkan satu brosur ditangannya.
Taecyeon mengamati brosur yang diberikan gadis itu. Penyewaan pemandu wisata. Kebetulan sekali. “Kau pemandu wisata?”
Gadis didepannya mengangguk lagi.
“Apa aku boleh menyewa jasamu untuk hari ini?” Tanya Taecyeon langsung.
Mata gadis itu membulat kaget. Hanya sebentar, karena setelahnya ia mengamati Taecyeon dari atas sampai bawah lalu kembali keatas lagi. Dahinya berkerut-kerut. Mulutnya bergerak-gerak tanpa suara.
'Apa dia tau siapa aku?' Bisik Taecyeon dalam hati.
Hari ini ia sengaja menyamar agar dapat leluasa berjalan-jalan di Tokyo. Maklum saja, fansnya di Jepang lumayan banyak.
Gadis didepan Taecyeon mengamatinya sekali lagi sebelum akhirnya menghea napas panjang dan mengangguk. “Baiklah.”
###

"Biar kuuraikan. Namamu Taecyeon. Umur 23 tahun. Dari Korea. Datang ke Jepang untuk urusan pekerjaan. Dan sekarang ingin berkeliling Tokyo dalam waktu singkat. Benar begitu?" Cerocos Yuri panjang lebar.
Taecyeon tertawa kecil mendengar ocehan Yuri, pemandu wisata yang tadi ditemuinya dan bersedia menemaninya jalan-jalan hari ini. "Benar sekali. Bagaimana denganmu? Dan ngomong-ngomong berapa aku harus membayar jasamu ini?"
Yuri menoleh sekilas, mengerutkan kening lalu menjawab. "Seperti yang kukatakan tadi, aku mahasiswa dan bekerja paruh waktu menjadi pemandu wisata. Umurku baru 20 tahun. Dan untuk ongkos, itu terserah padamu. Kalau menurutmu aku pemandu wisata yang baik, rasanya pantas kalau kau memberiku imbalan yang banyak."
Taecyeon tertawa lagi. Gadis disampingnya ini benar-benar cerewet. Tapi justru disitulah menariknya. "Berarti aku harus siap-siap membayar mahal ya. Tampaknya kau sangat berpengalaman." Sahut Taecyeon ringan.
Yuri tersenyum lebar. "Terimakasih sudah menganggapku seperti itu. Dan ngomong-ngomong lagi, bagaimana aku harus memanggilmu? Kau lebih tua dariku. Rasanya tidak enak memanggil seperti ini."
Taecyeon membuka mulutnya, hendak menjawab pertanyaan Yuri, tapi suara Yuri menyelanya lebih dulu.
"Ah aku tahu. Aku harus memanggilmu Oppa. Iya kan? Hyuna selalu memanggil kakak laki-lakinya seperti itu." Sela Yuri dengan mata bersinar senang. Senang karena dia bisa menemukan sendiri jawaban pertanyaannya.
"Hyuna?"
Yuri mengangguk keras. "Hyuna adalah teman baikku, pindahan dari Korea. Bagaimana? Benar bukan? Aku harus memanggilmu oppa. Iya kan?"
Taecyeon tersenyum lebar. "Yah.. Benar sekali. Kau bisa memanggilku Taecyeon oppa."
Yuri terkikik geli. "Lucu sekali."
Taecyeon menoleh, dahinya berkerut samar. "Apanya yang lucu?"
"Kau tau, dalam bahasa indonesia, Oppa itu berarti kakek. Kakek Taecyeon.. Kakek Taecyeon. Lucu sekali." Jelas Yuri.
Taecyeon ikut tertawa. Gadis disampingnya ini punya tawa yang menular. "Kau bisa bahasa indonesia?"
Yuri mengangguk riang. "Ibuku orang Indonesia. Dan ayahku orang Jepang. Aku sempat tinggal selama sepuluh tahun disana sebelum akhirnya pindah kesini."
"Ah pantas saja." Taecyeon menyahut. "Kau tidak seperti orang Jepang."
Yuri tersenyum "Kau tidak seperti orang Jepang." Ia mengulang ucapan Taecyeon. "Aku sering sekali mendengar ucapan itu. Biar kutebak, pasti karena mataku yang bulat dan kulitku yang tidak seputih orang Jepang. Iya kan?"
Taecyeon mengangkat bahunya. "Entahlah." Jawabnya lalu terdiam sebentar sebelum bergumam. "Indonesia negeri yang indah."
Yuri memutar kepalanya cepat. "Oppa pernah kesana?"
"Pernah beberapa kali." Jawabnya menerawang.
"Urusan pekerjaan juga?"
Taecyeon menggeleng. "Aku punya kenalan disana."
Yuri mengangguk-angguk mengerti. "Oppa benar. Indonesia negeri yang indah. Sangat indah." Yuri terdiam sebentar. Ingatannya tentang Indonesia memenuhi pikirannya. "Seringkali aku rindu Indonesia. Indonesia yang tidak serumit Jepang."
Taecyeon diam saja. Pikirannya melayang ke seseorang diseberang sana.
"Ah kita terlalu asyik mengobrol. Bisakah kita berjalan sedikit lebih cepat Oppa? Kereta yang akan membawa kita datang lima menit lagi."
Suara Yuri disebelahnya membuyarkan lamunan Taecyeon. Ia menoleh dan mendapati Yuri sedang menatap jam tangannya lekat-lekat. "Apakah kita perlu berlari?"
Yuri meringis. "Sepertinya begitu."
Taecyeon tersenyum kecil. "Baiklah. Aku tidak masalah kalau harus lari sampai ke stasiun. Anggap saja olahraga."
Yuri meringis lagi."Kalau begitu dalam hitungan ketiga kita lari ya." Ucapny sambil membuang napas pelan. "Satu.. Dua.. Tiga.. Ayo lari Oppa."
Yuri dan Taecyeon berlari beriringan menuju stasiun yang berjarak 200 meter dari tempat mereka berlari tadi. Melelahkam tentu. Dan Yuri tidak pernah suka acara lari-lari seperti ini.
"Hei Oppa, tunggu aku. Kau berlari cepat sekali." Seru Yuri dibelakang Taecyeon saat mereka sedang berlari menuruni tangga menuju stasiun kereta bawah tanah.
Taecyeon berbalik dengan cengiran lebar dibibirnya. "Bukankah tadi kau yang meminta kita cepat-cepat?"
Yuri merengut. "Hei kau itu laki-laki dan aku perempuan. Pelan-pelanlah sedikit."
Taeyeon berhenti di anak tangga terakhir, menunggu Yuri sambil tertawa pelan. Kebalikan dari Yuri, Taecyeon sangat menikmati saat-saat menjadi orang biasa seperti berlari di stasiun seperti ini. Kenapa? Karena tentunya ia tidak akan bisa melakukan hal seperti ini di Korea. Kecuali kalau ia harus melakukan adegan seperti ini dalam drama yang dibintanginya.
"Huh.. Sepertinya Oppa lebih mirip orang Jepang daripada aku." Gerutu Yuri begitu sampai disebelah Taecyeon.
"Benarkah?" Cengiran lebar tidak juga hilang dari mulut Taecyeon.
"Hei Oppa tidak bisakah kau lenyapkan tawamu itu?" Yuri mendengus kesal.
"Baiklah.. Baiklah. Aku akan berhenti tertawa." Taecyeon menghentikan tawanya walau sebenarnya ia sangat ingin tertawa melihat wajah Yuri yang merengut lucu.
"Ah apakah itu kereta yang akan kita naiki?" Tanya Taecyeon begitu melihat sebuah kereta datang.
Yuri mengangguk. "Ayo Oppa, kita harus cepat kalau tidak mau ketinggalan." Katanya sambil menggeret lengan Taecyeon masuk kedalam kereta.
"Memang kita mau kemana?" Tanya Taecyeon begitu masuk kedalam kereta. Semua tempat duduk sudah terisi. Mereka terpaksa berdiri di dekat pintu.
Yuri memiringkan kepalanya sambil tersenyum misterius. "Ke tempat dimana Oppa bisa melihat seluruh kota Tokyo."
###
TBC.. :p

Dear Autumn

Diposting oleh Your Sunday Morning di 21.13 0 komentar

Surat ini aku tulis setelah mewek-mewek baca novel Autumn In Paris karya Ilana Tann.. Happy Reading 

Untuk gadis yang selalu menggetarkan hatiku saat mengingat Paris dan musim gugurnya..

Tara, aku yakin kau tak mengenalku. Tapi aku mengenalmu. Mengetahui banyak hal tentangmu. Mengikuti setiap langkah kecilmu. Juga menangisi jengkal-jengkal kisahmu. Karena itu, ijinkan aku menyuarakan jeritan hati yang ikut hancur bersamamu ini. Untukmu..

Pernahkah kau berpikir takdir sedang mempermainkanmu? Pada awalnya membawamu pada pertemuan dengan pria Jepang yang langsung menarik perhatianmu pada pertemuan pertama. Lalu mengejutkanmu dengan pertemuan-pertemuan tak terduga selanjutnya. Juga membuatmu berbunga-bunga setiap mendengar surat-suratnya diudarakan. Seperti meyakinkanmu, bahwa dialah yang kau inginkan..

Tapi tidak begitu saja. Dengan seenaknya, dia membiarkanmu jatuh.. Merana.. Hancur.. Mengetahui kenyataan yang ada. Apa kau pikir takdir sedang menertawakanmu sekarang?
Entahlah Tara.. Mungkin saja..

Mungkin saja ia menertawakan air matamu yang tak lelah menetes. Menertawakan seluruh tubuhmu yang larut bersama tangisanmu.. Menertawakanmu yang rasanya tak ingin lagi hidup..

Aku tahu bagaimana sakitnya hatimu. Sakit teramat sangat yang membuatmu tak mampu merasakan apapun kecuali rasa sakit itu sendiri.
Tidak angin musim gugur yang mampu merobohkan tubuhmu. Tidak air sungai yang sanggup membekukan tubuhmu. Tidak apapun kecuali rasa sakitmu itu..

Tapi tenang saja..
Aku tidak akan mengusik tangisanmu.. Aku tidak akan mengganggu kesedihanmu.. Kau perlu itu Tara.. Untuk menyembuhkan luka hatimu.. Luka yang bisa mengarat.. Luka yang menyayat..

Bukankah kau sudah berjanji akan berhenti menangis dan bersedih setelah ini? Akan tertawa lagi dan bercerita lagi?
Aku akan menunggunya Tara..
Menunggumu sadar untuk berhenti menangisinya.Mungkin takdir punya jalan lain untukmu. Mungkin takdir akan membawamu pada seseorang yang akan tertawa kala angin musim gugur menerpa wajahmu. Yang akan tertawa bersamamu melihat Paris dari ketinggian. Aku akan menunggu sat itu datang Tara. Untukmu yang punya jalan panjang.. Untuknya yang tersenyum melihatmu disurga.. Dan untukku, pendengar setiamu yang merindukan suara jernihmu..

Seseorang yang berharap kau tersenyum pada musim gugur selanjutnya.. :)


Minggu, 21 Agustus 2011

FANFIC: You And Somebody Else

Diposting oleh Your Sunday Morning di 21.50 0 komentar

Jepang lumayan dingin hari ini. Wajar saja, saat ini sudah hampir masuk musim dingin. Wajar juga kalau orang-orang sudah mulai memakai jaket-jaket tebal saat berpergian. Termasuk Taecyeon yang menyelinap keluar lokasi shooting darama DreamHigh saat breakshooting dan memutuskan berkeliling Tokyo sebentar.
Taecyeon melihat sekelilingnya sambil menggosok-gosok tangannya yang tidak mengenakan sarung tangan. Dingin. Seharusnya ia mengenakan sarung tangan tadi. Ia terburu-buru tadi. Takut para kru melihatnya keluar lalu mencegahnya. Ia tak mau. Ia ingin berkeliling Tokyo sebentar. Toh sekarang juga masih istirahat.
Jalanan ramai. Ia tak tahu pasti dimana ia sekarang. Biarlah. Nanti ia bisa naik taksi lalu meminta mengantar ke lokasi shootingnya.
Untuk kesekian kalinya Taecyeon memerhatikan jalan sekelilingnya. Masih ramai. Ada yang berjalan pelan, ada yang berlari terburu-buru sambil berkali-kali melirik jam tangannya, ada juga yang berjalan sambil menelpon. Tanpa sadar Taecyeon tersenyum memandangi semua itu. Ia selalu suka suasana Jepang yang seperti ini. Sayang setiap kesini ia tak pernah sempat berkeliling kota. Ia terlalu sibuk dengan jadwal keartisannya setiap berkunjung kemari.
Taecyeon berhenti disebuah perempatan lampu merah. Tidak jelas mengapa ia berhenti. Ia hanya merasa ingin menyeberang. Dan saat itulah ia tidak sengaja melihat beberapa gadis diseberang jalan yang sedang membagi-bagikan brosur. Matanya langsung tertuju pada gadis bermantel putih yang ikut membagi-bagikan brosur. Taecyeon tertegun. Lalu beberapa saat kemudian, tanpa disadarinya kakinya melangkah menyeberangi jalan.
###
Taecyeon menepuk bahu salah satu gadis bermantel putih yang diperhatikannya tadi. Gadis itu menoleh, mata bulatnya menatap bingung Taecyeon yang hanya berdiri diam ditempatnya.
“Emm.. English oke?” Saat gadis itu menoleh, Taecyeon baru menyadari bahwa bahasa Jepangnya payah sekali. Sementara gadis ini dihadapannya ini kemungkinan besar juga orang Jepang, meski ia tak yakin sepenuhnya.
Gadis didepannya itu mengangguk dan Taecyeon mulai berbicara dengan bahas Inggris.
“Itu brosur apa?” Taecyeon bertanya dalam bahasa inggris sambil menunjuk tumpukan brosur yang dipegang gadis didepannya.
“Oh ini brosur agensi penyewaan pemandu wisata agensi kami.” Jawab gadis didepannya sambil tersenyum ramah. “Ah.. Dan ini untuk anda.” Tambahnya sambil mengangsurkan satu brosur ditangannya.
Taecyeon mengamati brosur yang diberikan gadis itu. Penyewaan pemandu wisata. Kebetulan sekali. “Kau pemandu wisata?”
Gadis didepannya mengangguk lagi.
“Apa aku boleh menyewa jasamu untuk hari ini?” Tanya Taecyeon langsung.
Mata gadis itu membulat kaget. Hanya sebentar, karena setelahnya ia mengamati Taecyeon dari atas sampai bawah lalu kembali keatas lagi. Dahinya berkerut-kerut. Mulutnya bergerak-gerak tanpa suara.
'Apa dia tau siapa aku?' Bisik Taecyeon dalam hati.
Hari ini ia sengaja menyamar agar dapat leluasa berjalan-jalan di Tokyo. Maklum saja, fansnya di Jepang lumayan banyak.
Gadis didepan Taecyeon mengamatinya sekali lagi sebelum akhirnya menghea napas panjang dan mengangguk. “Baiklah.”
###

"Biar kuuraikan. Namamu Taecyeon. Umur 23 tahun. Dari Korea. Datang ke Jepang untuk urusan pekerjaan. Dan sekarang ingin berkeliling Tokyo dalam waktu singkat. Benar begitu?" Cerocos Yuri panjang lebar.
Taecyeon tertawa kecil mendengar ocehan Yuri, pemandu wisata yang tadi ditemuinya dan bersedia menemaninya jalan-jalan hari ini. "Benar sekali. Bagaimana denganmu? Dan ngomong-ngomong berapa aku harus membayar jasamu ini?"
Yuri menoleh sekilas, mengerutkan kening lalu menjawab. "Seperti yang kukatakan tadi, aku mahasiswa dan bekerja paruh waktu menjadi pemandu wisata. Umurku baru 20 tahun. Dan untuk ongkos, itu terserah padamu. Kalau menurutmu aku pemandu wisata yang baik, rasanya pantas kalau kau memberiku imbalan yang banyak."
Taecyeon tertawa lagi. Gadis disampingnya ini benar-benar cerewet. Tapi justru disitulah menariknya. "Berarti aku harus siap-siap membayar mahal ya. Tampaknya kau sangat berpengalaman." Sahut Taecyeon ringan.
Yuri tersenyum lebar. "Terimakasih sudah menganggapku seperti itu. Dan ngomong-ngomong lagi, bagaimana aku harus memanggilmu? Kau lebih tua dariku. Rasanya tidak enak memanggil seperti ini."
Taecyeon membuka mulutnya, hendak menjawab pertanyaan Yuri, tapi suara Yuri menyelanya lebih dulu.
"Ah aku tahu. Aku harus memanggilmu Oppa. Iya kan? Hyuna selalu memanggil kakak laki-lakinya seperti itu." Sela Yuri dengan mata bersinar senang. Senang karena dia bisa menemukan sendiri jawaban pertanyaannya.
"Hyuna?"
Yuri mengangguk keras. "Hyuna adalah teman baikku, pindahan dari Korea. Bagaimana? Benar bukan? Aku harus memanggilmu oppa. Iya kan?"
Taecyeon tersenyum lebar. "Yah.. Benar sekali. Kau bisa memanggilku Taecyeon oppa."
Yuri terkikik geli. "Lucu sekali."
Taecyeon menoleh, dahinya berkerut samar. "Apanya yang lucu?"
"Kau tau, dalam bahasa indonesia, Oppa itu berarti kakek. Kakek Taecyeon.. Kakek Taecyeon. Lucu sekali." Jelas Yuri.
Taecyeon ikut tertawa. Gadis disampingnya ini punya tawa yang menular. "Kau bisa bahasa indonesia?"
Yuri mengangguk riang. "Ibuku orang Indonesia. Dan ayahku orang Jepang. Aku sempat tinggal selama sepuluh tahun disana sebelum akhirnya pindah kesini."
"Ah pantas saja." Taecyeon menyahut. "Kau tidak seperti orang Jepang."
Yuri tersenyum "Kau tidak seperti orang Jepang." Ia mengulang ucapan Taecyeon. "Aku sering sekali mendengar ucapan itu. Biar kutebak, pasti karena mataku yang bulat dan kulitku yang tidak seputih orang Jepang. Iya kan?"
Taecyeon mengangkat bahunya. "Entahlah." Jawabnya lalu terdiam sebentar sebelum bergumam. "Indonesia negeri yang indah."
Yuri memutar kepalanya cepat. "Oppa pernah kesana?"
"Pernah beberapa kali." Jawabnya menerawang.
"Urusan pekerjaan juga?"
Taecyeon menggeleng. "Aku punya kenalan disana."
Yuri mengangguk-angguk mengerti. "Oppa benar. Indonesia negeri yang indah. Sangat indah." Yuri terdiam sebentar. Ingatannya tentang Indonesia memenuhi pikirannya. "Seringkali aku rindu Indonesia. Indonesia yang tidak serumit Jepang."
Taecyeon diam saja. Pikirannya melayang ke seseorang diseberang sana.
"Ah kita terlalu asyik mengobrol. Bisakah kita berjalan sedikit lebih cepat Oppa? Kereta yang akan membawa kita datang lima menit lagi."
Suara Yuri disebelahnya membuyarkan lamunan Taecyeon. Ia menoleh dan mendapati Yuri sedang menatap jam tangannya lekat-lekat. "Apakah kita perlu berlari?"
Yuri meringis. "Sepertinya begitu."
Taecyeon tersenyum kecil. "Baiklah. Aku tidak masalah kalau harus lari sampai ke stasiun. Anggap saja olahraga."
Yuri meringis lagi."Kalau begitu dalam hitungan ketiga kita lari ya." Ucapny sambil membuang napas pelan. "Satu.. Dua.. Tiga.. Ayo lari Oppa."
Yuri dan Taecyeon berlari beriringan menuju stasiun yang berjarak 200 meter dari tempat mereka berlari tadi. Melelahkam tentu. Dan Yuri tidak pernah suka acara lari-lari seperti ini.
"Hei Oppa, tunggu aku. Kau berlari cepat sekali." Seru Yuri dibelakang Taecyeon saat mereka sedang berlari menuruni tangga menuju stasiun kereta bawah tanah.
Taecyeon berbalik dengan cengiran lebar dibibirnya. "Bukankah tadi kau yang meminta kita cepat-cepat?"
Yuri merengut. "Hei kau itu laki-laki dan aku perempuan. Pelan-pelanlah sedikit."
Taeyeon berhenti di anak tangga terakhir, menunggu Yuri sambil tertawa pelan. Kebalikan dari Yuri, Taecyeon sangat menikmati saat-saat menjadi orang biasa seperti berlari di stasiun seperti ini. Kenapa? Karena tentunya ia tidak akan bisa melakukan hal seperti ini di Korea. Kecuali kalau ia harus melakukan adegan seperti ini dalam drama yang dibintanginya.
"Huh.. Sepertinya Oppa lebih mirip orang Jepang daripada aku." Gerutu Yuri begitu sampai disebelah Taecyeon.
"Benarkah?" Cengiran lebar tidak juga hilang dari mulut Taecyeon.
"Hei Oppa tidak bisakah kau lenyapkan tawamu itu?" Yuri mendengus kesal.
"Baiklah.. Baiklah. Aku akan berhenti tertawa." Taecyeon menghentikan tawanya walau sebenarnya ia sangat ingin tertawa melihat wajah Yuri yang merengut lucu.
"Ah apakah itu kereta yang akan kita naiki?" Tanya Taecyeon begitu melihat sebuah kereta datang.
Yuri mengangguk. "Ayo Oppa, kita harus cepat kalau tidak mau ketinggalan." Katanya sambil menggeret lengan Taecyeon masuk kedalam kereta.
"Memang kita mau kemana?" Tanya Taecyeon begitu masuk kedalam kereta. Semua tempat duduk sudah terisi. Mereka terpaksa berdiri di dekat pintu.
Yuri memiringkan kepalanya sambil tersenyum misterius. "Ke tempat dimana Oppa bisa melihat seluruh kota Tokyo."
###
TBC.. :p

Dear Autumn

Diposting oleh Your Sunday Morning di 21.13 0 komentar

Surat ini aku tulis setelah mewek-mewek baca novel Autumn In Paris karya Ilana Tann.. Happy Reading 

Untuk gadis yang selalu menggetarkan hatiku saat mengingat Paris dan musim gugurnya..

Tara, aku yakin kau tak mengenalku. Tapi aku mengenalmu. Mengetahui banyak hal tentangmu. Mengikuti setiap langkah kecilmu. Juga menangisi jengkal-jengkal kisahmu. Karena itu, ijinkan aku menyuarakan jeritan hati yang ikut hancur bersamamu ini. Untukmu..

Pernahkah kau berpikir takdir sedang mempermainkanmu? Pada awalnya membawamu pada pertemuan dengan pria Jepang yang langsung menarik perhatianmu pada pertemuan pertama. Lalu mengejutkanmu dengan pertemuan-pertemuan tak terduga selanjutnya. Juga membuatmu berbunga-bunga setiap mendengar surat-suratnya diudarakan. Seperti meyakinkanmu, bahwa dialah yang kau inginkan..

Tapi tidak begitu saja. Dengan seenaknya, dia membiarkanmu jatuh.. Merana.. Hancur.. Mengetahui kenyataan yang ada. Apa kau pikir takdir sedang menertawakanmu sekarang?
Entahlah Tara.. Mungkin saja..

Mungkin saja ia menertawakan air matamu yang tak lelah menetes. Menertawakan seluruh tubuhmu yang larut bersama tangisanmu.. Menertawakanmu yang rasanya tak ingin lagi hidup..

Aku tahu bagaimana sakitnya hatimu. Sakit teramat sangat yang membuatmu tak mampu merasakan apapun kecuali rasa sakit itu sendiri.
Tidak angin musim gugur yang mampu merobohkan tubuhmu. Tidak air sungai yang sanggup membekukan tubuhmu. Tidak apapun kecuali rasa sakitmu itu..

Tapi tenang saja..
Aku tidak akan mengusik tangisanmu.. Aku tidak akan mengganggu kesedihanmu.. Kau perlu itu Tara.. Untuk menyembuhkan luka hatimu.. Luka yang bisa mengarat.. Luka yang menyayat..

Bukankah kau sudah berjanji akan berhenti menangis dan bersedih setelah ini? Akan tertawa lagi dan bercerita lagi?
Aku akan menunggunya Tara..
Menunggumu sadar untuk berhenti menangisinya.Mungkin takdir punya jalan lain untukmu. Mungkin takdir akan membawamu pada seseorang yang akan tertawa kala angin musim gugur menerpa wajahmu. Yang akan tertawa bersamamu melihat Paris dari ketinggian. Aku akan menunggu sat itu datang Tara. Untukmu yang punya jalan panjang.. Untuknya yang tersenyum melihatmu disurga.. Dan untukku, pendengar setiamu yang merindukan suara jernihmu..

Seseorang yang berharap kau tersenyum pada musim gugur selanjutnya.. :)


 

Your Sunday Morning.. Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipietoon Blogger Template Image by Online Journal