Kamis, 17 November 2011

If You Were Mine

Diposting oleh Your Sunday Morning di 22.24 0 komentar
If you were mine.. I'm perfect. Aku sempurna. Lengkap. Tidak akan lagi aku bertanya-tanya. Atau menerka. Semuanya jelas. Terbaca jelas..

If you were mine.. Aku merasa pasti. Aku tidak akan tertatih..

If you were mine.. Aku merasa bisa melakukan segalanya. Aku merasa semuanya mudah. Aku bahagia.

If you were mine.. I promise..
I'll be always standing right next to you. I'll be the best for you.. Coz you are the one.. The one who I'm waiting for..

Minggu, 21 Agustus 2011

FANFIC: You And Somebody Else

Diposting oleh Your Sunday Morning di 21.50 0 komentar

Jepang lumayan dingin hari ini. Wajar saja, saat ini sudah hampir masuk musim dingin. Wajar juga kalau orang-orang sudah mulai memakai jaket-jaket tebal saat berpergian. Termasuk Taecyeon yang menyelinap keluar lokasi shooting darama DreamHigh saat breakshooting dan memutuskan berkeliling Tokyo sebentar.
Taecyeon melihat sekelilingnya sambil menggosok-gosok tangannya yang tidak mengenakan sarung tangan. Dingin. Seharusnya ia mengenakan sarung tangan tadi. Ia terburu-buru tadi. Takut para kru melihatnya keluar lalu mencegahnya. Ia tak mau. Ia ingin berkeliling Tokyo sebentar. Toh sekarang juga masih istirahat.
Jalanan ramai. Ia tak tahu pasti dimana ia sekarang. Biarlah. Nanti ia bisa naik taksi lalu meminta mengantar ke lokasi shootingnya.
Untuk kesekian kalinya Taecyeon memerhatikan jalan sekelilingnya. Masih ramai. Ada yang berjalan pelan, ada yang berlari terburu-buru sambil berkali-kali melirik jam tangannya, ada juga yang berjalan sambil menelpon. Tanpa sadar Taecyeon tersenyum memandangi semua itu. Ia selalu suka suasana Jepang yang seperti ini. Sayang setiap kesini ia tak pernah sempat berkeliling kota. Ia terlalu sibuk dengan jadwal keartisannya setiap berkunjung kemari.
Taecyeon berhenti disebuah perempatan lampu merah. Tidak jelas mengapa ia berhenti. Ia hanya merasa ingin menyeberang. Dan saat itulah ia tidak sengaja melihat beberapa gadis diseberang jalan yang sedang membagi-bagikan brosur. Matanya langsung tertuju pada gadis bermantel putih yang ikut membagi-bagikan brosur. Taecyeon tertegun. Lalu beberapa saat kemudian, tanpa disadarinya kakinya melangkah menyeberangi jalan.
###
Taecyeon menepuk bahu salah satu gadis bermantel putih yang diperhatikannya tadi. Gadis itu menoleh, mata bulatnya menatap bingung Taecyeon yang hanya berdiri diam ditempatnya.
“Emm.. English oke?” Saat gadis itu menoleh, Taecyeon baru menyadari bahwa bahasa Jepangnya payah sekali. Sementara gadis ini dihadapannya ini kemungkinan besar juga orang Jepang, meski ia tak yakin sepenuhnya.
Gadis didepannya itu mengangguk dan Taecyeon mulai berbicara dengan bahas Inggris.
“Itu brosur apa?” Taecyeon bertanya dalam bahasa inggris sambil menunjuk tumpukan brosur yang dipegang gadis didepannya.
“Oh ini brosur agensi penyewaan pemandu wisata agensi kami.” Jawab gadis didepannya sambil tersenyum ramah. “Ah.. Dan ini untuk anda.” Tambahnya sambil mengangsurkan satu brosur ditangannya.
Taecyeon mengamati brosur yang diberikan gadis itu. Penyewaan pemandu wisata. Kebetulan sekali. “Kau pemandu wisata?”
Gadis didepannya mengangguk lagi.
“Apa aku boleh menyewa jasamu untuk hari ini?” Tanya Taecyeon langsung.
Mata gadis itu membulat kaget. Hanya sebentar, karena setelahnya ia mengamati Taecyeon dari atas sampai bawah lalu kembali keatas lagi. Dahinya berkerut-kerut. Mulutnya bergerak-gerak tanpa suara.
'Apa dia tau siapa aku?' Bisik Taecyeon dalam hati.
Hari ini ia sengaja menyamar agar dapat leluasa berjalan-jalan di Tokyo. Maklum saja, fansnya di Jepang lumayan banyak.
Gadis didepan Taecyeon mengamatinya sekali lagi sebelum akhirnya menghea napas panjang dan mengangguk. “Baiklah.”
###

"Biar kuuraikan. Namamu Taecyeon. Umur 23 tahun. Dari Korea. Datang ke Jepang untuk urusan pekerjaan. Dan sekarang ingin berkeliling Tokyo dalam waktu singkat. Benar begitu?" Cerocos Yuri panjang lebar.
Taecyeon tertawa kecil mendengar ocehan Yuri, pemandu wisata yang tadi ditemuinya dan bersedia menemaninya jalan-jalan hari ini. "Benar sekali. Bagaimana denganmu? Dan ngomong-ngomong berapa aku harus membayar jasamu ini?"
Yuri menoleh sekilas, mengerutkan kening lalu menjawab. "Seperti yang kukatakan tadi, aku mahasiswa dan bekerja paruh waktu menjadi pemandu wisata. Umurku baru 20 tahun. Dan untuk ongkos, itu terserah padamu. Kalau menurutmu aku pemandu wisata yang baik, rasanya pantas kalau kau memberiku imbalan yang banyak."
Taecyeon tertawa lagi. Gadis disampingnya ini benar-benar cerewet. Tapi justru disitulah menariknya. "Berarti aku harus siap-siap membayar mahal ya. Tampaknya kau sangat berpengalaman." Sahut Taecyeon ringan.
Yuri tersenyum lebar. "Terimakasih sudah menganggapku seperti itu. Dan ngomong-ngomong lagi, bagaimana aku harus memanggilmu? Kau lebih tua dariku. Rasanya tidak enak memanggil seperti ini."
Taecyeon membuka mulutnya, hendak menjawab pertanyaan Yuri, tapi suara Yuri menyelanya lebih dulu.
"Ah aku tahu. Aku harus memanggilmu Oppa. Iya kan? Hyuna selalu memanggil kakak laki-lakinya seperti itu." Sela Yuri dengan mata bersinar senang. Senang karena dia bisa menemukan sendiri jawaban pertanyaannya.
"Hyuna?"
Yuri mengangguk keras. "Hyuna adalah teman baikku, pindahan dari Korea. Bagaimana? Benar bukan? Aku harus memanggilmu oppa. Iya kan?"
Taecyeon tersenyum lebar. "Yah.. Benar sekali. Kau bisa memanggilku Taecyeon oppa."
Yuri terkikik geli. "Lucu sekali."
Taecyeon menoleh, dahinya berkerut samar. "Apanya yang lucu?"
"Kau tau, dalam bahasa indonesia, Oppa itu berarti kakek. Kakek Taecyeon.. Kakek Taecyeon. Lucu sekali." Jelas Yuri.
Taecyeon ikut tertawa. Gadis disampingnya ini punya tawa yang menular. "Kau bisa bahasa indonesia?"
Yuri mengangguk riang. "Ibuku orang Indonesia. Dan ayahku orang Jepang. Aku sempat tinggal selama sepuluh tahun disana sebelum akhirnya pindah kesini."
"Ah pantas saja." Taecyeon menyahut. "Kau tidak seperti orang Jepang."
Yuri tersenyum "Kau tidak seperti orang Jepang." Ia mengulang ucapan Taecyeon. "Aku sering sekali mendengar ucapan itu. Biar kutebak, pasti karena mataku yang bulat dan kulitku yang tidak seputih orang Jepang. Iya kan?"
Taecyeon mengangkat bahunya. "Entahlah." Jawabnya lalu terdiam sebentar sebelum bergumam. "Indonesia negeri yang indah."
Yuri memutar kepalanya cepat. "Oppa pernah kesana?"
"Pernah beberapa kali." Jawabnya menerawang.
"Urusan pekerjaan juga?"
Taecyeon menggeleng. "Aku punya kenalan disana."
Yuri mengangguk-angguk mengerti. "Oppa benar. Indonesia negeri yang indah. Sangat indah." Yuri terdiam sebentar. Ingatannya tentang Indonesia memenuhi pikirannya. "Seringkali aku rindu Indonesia. Indonesia yang tidak serumit Jepang."
Taecyeon diam saja. Pikirannya melayang ke seseorang diseberang sana.
"Ah kita terlalu asyik mengobrol. Bisakah kita berjalan sedikit lebih cepat Oppa? Kereta yang akan membawa kita datang lima menit lagi."
Suara Yuri disebelahnya membuyarkan lamunan Taecyeon. Ia menoleh dan mendapati Yuri sedang menatap jam tangannya lekat-lekat. "Apakah kita perlu berlari?"
Yuri meringis. "Sepertinya begitu."
Taecyeon tersenyum kecil. "Baiklah. Aku tidak masalah kalau harus lari sampai ke stasiun. Anggap saja olahraga."
Yuri meringis lagi."Kalau begitu dalam hitungan ketiga kita lari ya." Ucapny sambil membuang napas pelan. "Satu.. Dua.. Tiga.. Ayo lari Oppa."
Yuri dan Taecyeon berlari beriringan menuju stasiun yang berjarak 200 meter dari tempat mereka berlari tadi. Melelahkam tentu. Dan Yuri tidak pernah suka acara lari-lari seperti ini.
"Hei Oppa, tunggu aku. Kau berlari cepat sekali." Seru Yuri dibelakang Taecyeon saat mereka sedang berlari menuruni tangga menuju stasiun kereta bawah tanah.
Taecyeon berbalik dengan cengiran lebar dibibirnya. "Bukankah tadi kau yang meminta kita cepat-cepat?"
Yuri merengut. "Hei kau itu laki-laki dan aku perempuan. Pelan-pelanlah sedikit."
Taeyeon berhenti di anak tangga terakhir, menunggu Yuri sambil tertawa pelan. Kebalikan dari Yuri, Taecyeon sangat menikmati saat-saat menjadi orang biasa seperti berlari di stasiun seperti ini. Kenapa? Karena tentunya ia tidak akan bisa melakukan hal seperti ini di Korea. Kecuali kalau ia harus melakukan adegan seperti ini dalam drama yang dibintanginya.
"Huh.. Sepertinya Oppa lebih mirip orang Jepang daripada aku." Gerutu Yuri begitu sampai disebelah Taecyeon.
"Benarkah?" Cengiran lebar tidak juga hilang dari mulut Taecyeon.
"Hei Oppa tidak bisakah kau lenyapkan tawamu itu?" Yuri mendengus kesal.
"Baiklah.. Baiklah. Aku akan berhenti tertawa." Taecyeon menghentikan tawanya walau sebenarnya ia sangat ingin tertawa melihat wajah Yuri yang merengut lucu.
"Ah apakah itu kereta yang akan kita naiki?" Tanya Taecyeon begitu melihat sebuah kereta datang.
Yuri mengangguk. "Ayo Oppa, kita harus cepat kalau tidak mau ketinggalan." Katanya sambil menggeret lengan Taecyeon masuk kedalam kereta.
"Memang kita mau kemana?" Tanya Taecyeon begitu masuk kedalam kereta. Semua tempat duduk sudah terisi. Mereka terpaksa berdiri di dekat pintu.
Yuri memiringkan kepalanya sambil tersenyum misterius. "Ke tempat dimana Oppa bisa melihat seluruh kota Tokyo."
###
TBC.. :p

Dear Autumn

Diposting oleh Your Sunday Morning di 21.13 0 komentar

Surat ini aku tulis setelah mewek-mewek baca novel Autumn In Paris karya Ilana Tann.. Happy Reading 

Untuk gadis yang selalu menggetarkan hatiku saat mengingat Paris dan musim gugurnya..

Tara, aku yakin kau tak mengenalku. Tapi aku mengenalmu. Mengetahui banyak hal tentangmu. Mengikuti setiap langkah kecilmu. Juga menangisi jengkal-jengkal kisahmu. Karena itu, ijinkan aku menyuarakan jeritan hati yang ikut hancur bersamamu ini. Untukmu..

Pernahkah kau berpikir takdir sedang mempermainkanmu? Pada awalnya membawamu pada pertemuan dengan pria Jepang yang langsung menarik perhatianmu pada pertemuan pertama. Lalu mengejutkanmu dengan pertemuan-pertemuan tak terduga selanjutnya. Juga membuatmu berbunga-bunga setiap mendengar surat-suratnya diudarakan. Seperti meyakinkanmu, bahwa dialah yang kau inginkan..

Tapi tidak begitu saja. Dengan seenaknya, dia membiarkanmu jatuh.. Merana.. Hancur.. Mengetahui kenyataan yang ada. Apa kau pikir takdir sedang menertawakanmu sekarang?
Entahlah Tara.. Mungkin saja..

Mungkin saja ia menertawakan air matamu yang tak lelah menetes. Menertawakan seluruh tubuhmu yang larut bersama tangisanmu.. Menertawakanmu yang rasanya tak ingin lagi hidup..

Aku tahu bagaimana sakitnya hatimu. Sakit teramat sangat yang membuatmu tak mampu merasakan apapun kecuali rasa sakit itu sendiri.
Tidak angin musim gugur yang mampu merobohkan tubuhmu. Tidak air sungai yang sanggup membekukan tubuhmu. Tidak apapun kecuali rasa sakitmu itu..

Tapi tenang saja..
Aku tidak akan mengusik tangisanmu.. Aku tidak akan mengganggu kesedihanmu.. Kau perlu itu Tara.. Untuk menyembuhkan luka hatimu.. Luka yang bisa mengarat.. Luka yang menyayat..

Bukankah kau sudah berjanji akan berhenti menangis dan bersedih setelah ini? Akan tertawa lagi dan bercerita lagi?
Aku akan menunggunya Tara..
Menunggumu sadar untuk berhenti menangisinya.Mungkin takdir punya jalan lain untukmu. Mungkin takdir akan membawamu pada seseorang yang akan tertawa kala angin musim gugur menerpa wajahmu. Yang akan tertawa bersamamu melihat Paris dari ketinggian. Aku akan menunggu sat itu datang Tara. Untukmu yang punya jalan panjang.. Untuknya yang tersenyum melihatmu disurga.. Dan untukku, pendengar setiamu yang merindukan suara jernihmu..

Seseorang yang berharap kau tersenyum pada musim gugur selanjutnya.. :)


Sabtu, 05 Maret 2011

A Letter For Him...

Diposting oleh Your Sunday Morning di 00.51 0 komentar

Untuk seseorang, yang belum lama ini meniupkan angin kebahagiaan padaku...
Aku tidak pernah menyadari kehadiranmu sebelumnya, meski kau telah berdiri dihadapanku, menatapku, bahkan ketika kau mulai memanggil namaku. Sampai ketika kau mulai berlari mengejarku. Ditengah kekosongan hati yang melanda. Ditengah kebimbangan yang menyiksa. Membuatku membuka mata.. Bahwa kau ada..
Aku tidak tahu mulai kapan aku selalu tersenyum melihatmu. Lalu perlahan merasakan desiran aneh ketika kau medekatiku. Juga dentuman-dentuman dahsyat yang melanda jantungku. Yang pasti, samppai saat ini, detik ini, semua itu tetap terjadi. Seperti sebuah keharusan.. Atau mungkin kebiasaan..
Aku tidak pernah menanyakan menagap semua itu bisa terjadi. Bukankah sudah jelas? Aku mencintaimu. Selesai. Titik.
Aku tidak ingin membuatnya begitu rumit. Seperti hitungan-hitungan larutan dalam kimia. Atau rumus-rumus turunan dalam fisika. Karena aku, ingin mencintaiu dengan sederhana. Agar kau dapat merasakannya saat menarap mataku. Agar kau dapat menangkapnya saat berbicara denganku. Dan agar kau, dapat menerima.. dan membalasnya..
Aku tidak pernah memaksa. Tidak. Meminta pun tidak. Bisa merasakan perasaan seperti ini saja sudah sangat menyenangkan. Maka dari itu, aku tidak akan mengiba padamu..
Aku tahu kau melihatku. Ya. Melihatku. Juga berjalan disampingku. Tapi aku tidak pernah tahu, siapa yang ada dihatimu. Siapa yang setia mengunjungi mimpi-mimpimu. Siapa yang menjadi asamu... Jadi, untuk saat ini, biarlah semuanya seperti ini. Biarlah aku aku menikmati tatapanmu. Biarlah jantung ini berdentum-dentum berlari ke arahku. Biarlah aku tersenyum sendiri saat mengingatmu. Biarlah jiwa ini melayang saat kau berjalan disisiku..
Biarlah.. Biarlah.. Karena semuanya terlalu indah.. Karena saat ini belum saatnya. Biarlah bunga ini mekar sampai waktunya.. Tunggu saja. Nikmati keindahannya. Biar waktu saja yang menggugurkannya...

Jumat, 18 Februari 2011

We Call It "LOVE"

Diposting oleh Your Sunday Morning di 00.17 0 komentar
We Call It “LOVE”
Bola itu terus menggelinding.. Mengikuti giringanmu. Ya.. Dirimu yang basah keringat. Yang selalu melekatkan senyum dibibir. Yang punya kharisma luar biasa. Oh.. Aku bersyukur sekali tuhan menciptakan makhluk seindah dirimu..
Si kulit bundar masih saja bergulir dibawah giringamu. Satu, dua, tiga. TIGA pemain kau lalui sekaligus. Dan tanpa berpikir panjang, kau lesatkan bola ke gawang.. “GOL!!!”
Semua penonton berteriak seperti itu higga kupingku rasanya berdenging. Oke.. Tidak semua sebenarnya. Hanya sebagian besar penonton yang mendukungmu. Dan sebagian besar yang kumaksud ini berjenis kelamin perempuan.Sekali lagi 'PEREMPUAN'. Lihat.. betapa pesonamu sudah menjerat banyak sekali wanita disini..
Aku melonjak-lonjak senang bersama puluhan suportermu yang lain. Dengan tidak melepas sedikitpun pandanganku kepadamu. Yang berselebrasi dengan berlari-lari mengitari lapangan. Dan.. Oh.. Bilang kalau mataku ini kelilipan. Dia melihat kearahku, tersenyum, lalu melakukan gerakan seakan ingin mengirimkan ciuman jarak jauh.. Ah.. Lututku benar-benar lemas rasanya. Kamu benar-benar tahu bagaimana caranya membuat seorang perempuan tergila-gila kepadamu.
Sekali lagi, cewek-cewek disekitarku menjerit-jerit histeris. Kali ini bahkan dua kali lipat lebih histeris dari sebelumnya. Rasanya aku tidak akan kaget jika mendadak tuli setelah ini.
Drrt.. Drrt.. Hpku bergetar. Ada sms masuk.
From: Dita
Vi, dimana lo?? Udah mulai nih les fisikanya. Buruan masuk!!
Arghh... Sialan. Les fisika. Kenapa sih aku masih harus les fisika saat pertandingan futsal ini sedang seru-serunya? Ya.. Ini kan perintah mama. Siapa yang berani melawan? Susah juga kalau punya orang tua yang menjadi guru disekolah yang sama dengan sekolahmu. Nilai-nilai harus selalu bagus.. Jadinya ya harus ikut les ini itu. Seperti aku!!
Aku terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju kelas yang digunakan untuk les fisika yang memang berada disekolahku yang tentunya juga masih satu tempat dengan lapangan futsal tempat pertandingan futsal tadi berlangsung. Sampai-sampai tidak menyadari adanya bola yang melesat dari lapangan futsal ke arahku.
BRAK!! Semua bukuku jatuh kelantai karena terkena bola yang melesat sangat cepat itu. Sial kuadrat. Bisa-bisanya ada bola nyasar disini. Huh..
“Lo nggak papa?” Tanya seseorang didepanku.
Aku menghentikan kegiatan memunguti buku-bukuku dan langsung mengangkat kepalaku. O-Em-Ji.. Dia!! Dia yang tadi kuelu-elukan.. Ada dihadapanku. Didepan mataku. Setengah meter didepanku. Oh.. Sepertinya dewi fortuna sedang berbaik hati padaku hari ini.
“Hei?? Lo nggak papa?” Tanyanya lagi sambil menggerak-gerakkan tangannya didepan mukaku.
“ Eh.. Oh..” Argh..Stop dreaming viooo!!! “ Nggak papa kok.” Jawabku lancar setelah berhasil meredakan kegugupanku.
Ia tersenyum lalu melangkah maju, berjongkok, dan mulai membantu memunguti buku-bukuku yang setebal kitab-kitab hukum itu.
GOD.. Rasanya jantungku berdetak berkali-kali lebih cepat kali ini. Dia ada dihadapanku, membantuku memunguti buku-buku sialan itu. How nice..
“Ini buku lo.” Ucapnya seraya bangkit dan menyerahkan buku-bukuku.
Detik pertama, dia dengan sukses membuatku terpana. Mata cokelatnya yang begitu bening, alisnya yang sedikit berkerut, kulit putihnya yang banjir keringat, bibirnya yang merah merekah.. Ya Tuhan.. Makhluk dihadapanku ini benar-benar indah.
“Eh.. Makasih ya.” Sahutku pada detik kedua, tentunya setelah aku bisa mengontrol pikiranku yang mulai berkeliaran.
Dia tersenyum. Ya ampuuuun... Jantungku kebat-kebit melihatnya. Aku nggak pernah merasakan ini sebelumnya. Sepertinya aku sudah mulai gila.
“Sama-sama. Lain kali ati-ati ya.” Ucapnya lalu mengambil bola sepaknya, berbalik, dan berjalan meninggalkanku.
Aku menatap punggung yang berjalan menjauh itu. Masih benar-benar terpana oleh pesonanya. Lalu tiba-tiba saja, tanpa kuduga,dia berhenti. Dan tanpa sadar, aku menahan napasku. Dia berbalik.
“Eh.. Lo anak IPA 1 kan?” Tanyanya dari kejauhan.
Ya ampun.. Keajaiban apa lagi ini? Dia tau kelasku.
Aku mengangguk. “Iya.” Jawabku pendek.
“Nama lo sapa?” Tanyanya lagi. Oh Tuhan.... Ini namanya super duper triple beruntung.
“Viona.” Jawabku dengan hati kebat-kebit dua kali lipat lebih parah dari sebelumnya.
“Nice name. Gue Bara. Sampai ketemu besok.” Katanya sambil melambaikan tangannya kepadaku.
Aduh Baraaaa!! I really adore you so much. Senyummu, perbuatanmu, kata-katamu, golmu.. Ya ampuun.. Semuanya bikin kecanduan deh.. Huh.. Berani taruan aku nggak bisa tidur ntar malem. Eh.. Tapi kan besok ada ulangan kimia? Aduh.. Whatever lah. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku sangat sangat ingin melupakan ulangan kimia.
###


Istirahat pertama. Harusnya aku ada dikantin. Makan soto minya Bu Ani bareng Dita sambil ngegosip. Ya... Harusnya. Kalo nggak ada tugas tambahan merangkum sejarah atom dari guru kimiaku A.K.A mamaku karena aku dianggap malas-malasan mengerjakan ulangan kimia tadi.
Ya ampuun.. Malas-malasan gimana? Aku tadi yakin bisa menjawab 28 dari 30 soal yang diberikan. Yah... Walaupun aku nggak belajar tadi malam. Tapi aku yakin 28 jawabanku itu pasti benar. Dan mama masih menilaiku malas-malasan? Darimana coba? Huh..
Aku mengumpulkan buku-buku yang sekiranya kuperlukan untuk bahan tugas tambahan menyebalkanku ini di perpustakaan sekolah. Ya.. perpustakaan sekolah!! Perpustakaan yang sepi seperti biasanya. Yang didalamnya tidak ada majalah-majalah remaja keluaran terbaru seperti anaka yess, high n teen, gadis, sophie martin, dll. Atau mungkin teenlit-teenlit populer yang jadi incaran banyak remaja. Atau komik-komik jepang seperti naruto dan conan. Jelaslah tidak ada. Kalau ada, pastinya perpustakaan tidak akan sesepi kuburan seperti ini.
BRUK!! Aku menghempaskan buku-buku kimia ke meja perpustakaan dengan sedikit kasar. Lalu menarik kursi dengan asal-asalan. Ingin sesegera mungkin menyelesaikan hukuman menyebalkan ini.
“Lo kenapa?”
Aku terlonjak. Hampir saja terjungkal dari kursiku.
Bara. Duduk dikursi didepanku. Dengan koran olahraga ditangannya. Aku lagi mimpi nggak nih?
“Eh.. Nggak papa. Cuma kesel aja.” Jawaku dengan detak jantung yang mulai tidak bisa dikontrol.
Alis tebal Bara bertaut. “Kesel kenapa?”
Dan aku menceritakan semuanya. Semua yang ingin kuceritakan tapi tak pernah kuceritakan. Tentang keluarga, sekolah, dan cinta... Padanya. Pada BARA!! Seseorang yang baru kukenal kemarin. Aneh bukan? Aku mengeluarkan semua kekesalan yang selama ini hanya kupendam pada Bara. Yang bahkan tak pernah kuungkapkan pada siapapun. Pada Dita sahabatku sekalipun. Entahlah.. Aku merasa seperti.. Seperti sudah sangat lama mengenal Bara. Sehingga bisa mengeluarkan semuanya. Benar-benar melegakan..
“Makasih ya Bar. Lo udah mau dengerin cerita membosankan gue ini. Sampe-sampe bolos jam pelajaran.”
“Eh bukannya lo yang takut bolos jam kayak gini? Gue sih biasa aja. Hehe.”
Aku menggeleng kecil. “Nggaklah. Sekali-sekali nggak papa. Ya.. Walaupun pasti gue bakal dapat hukuman. Tapi.. Gue nggak merasa menyesal sama sekali bolos jam kali ini.” Ucapku seraya bangkit dari kursi, ingin mengembalikan buku-buku kimia yang mengganggu pemandangan ini.
“Eh Vi.. Boleh pinjem hp lo nggak?? Hp gue low bat. Gue mau sms temen gue. Minta ijinin ke guru buat jam ini.” Pinta Bara yang juga ikut bangkit dari duduknya.
Aku merogoh saku rokku dan mengangsurkan hpku pada Bara. Lalu berjalan menuju rak tempat aku mengambil buku-buku kimia tadi.
“Nih Vi.. Thank's ya.” Ucap Bara yang tiba-tiba sudah ada diampingku.
Untuk kedua kalinya, aku terlonjak kaget dihadapannya.
“Ya ampun Bara!!! Ngagetin aja sih lo. Jatuh semua kan bukunya..” Gerutuku sambil membungkuk memunguti beberapa buku yang tersenggol jatuh olehku.
Bara tertawa kecil sambil membantuku memunguti buku-buku dilantai. “Ternyata lo kagetan juga ya?”
“Kalo sama lo kayaknya gue kagetan mulu deh.”
Bara tertawa keras. “Haha.. Masa sih?” Tanyanya dengan dahi berkerut-kerut -yang sumpah keren sekali-. “Nih bukunya. Ati-ati jangan sampe jatuh lagi.”
“Iya.. Iya..” Sahutku pura-pura kesal.
“Oya, nih hp lo. Makasih ya. Em..”
“Apa?” Tanyaku bingung melihat ekspresi Bara yang kebingungan sendiri.
“Eh nggak. Gue balik dulu ya. Da..” Pamitnya sambil melambai kepadaku.
Kenapa lagi tu si Bara. Aneh banget tingkahnya.
BRUK!! Ya ampun bukunya jatuh lagi. Sialan banget sih.
Aku kembali menunduk, bermaksud mengambil buku yang terjatuh itu. Dan tanpa sengaja, aku melihat ada kertas yang terjatuh dari buku tebal itu.

Melihatmu..
Hatiku tenang..
Melihat senyummu..
Hatiku melayang..
Seperti angin..
Kau terbangkan diriku..
Seperti api..
Kau hangatkan hatiku.. :)

Bara.. To viona my little angel..

Ya ampun Baraaaa... Dia nulis itu buat aku?? Gilaa...
Drrt.. Drrt..
From:+6889010101
Udah baca puisinya Vi?? :)
Bara. Bara. Bara. Bener-bener gila.
Jantungku melompat-lompat tak tentu arah. Napasku memburu. Adrenalinku serasa naik ke tingkat paling atas. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya.
Perasaan indah yang membuat bibirku tak henti-hentinya tersenyum. Yang membuatku merasa pasti menjalani hari esok. Yang membuatku merasa lengkap. Benar-benar lengkap sebagai seoarng gadis remaja yang bahkan belum genap menginjak tujuh belas tahun.. Perasaan apa ini?
Cinta. Ya ya ya.. We call it love.. We call it love... We call it love..

Kamis, 17 November 2011

If You Were Mine

Diposting oleh Your Sunday Morning di 22.24 0 komentar
If you were mine.. I'm perfect. Aku sempurna. Lengkap. Tidak akan lagi aku bertanya-tanya. Atau menerka. Semuanya jelas. Terbaca jelas..

If you were mine.. Aku merasa pasti. Aku tidak akan tertatih..

If you were mine.. Aku merasa bisa melakukan segalanya. Aku merasa semuanya mudah. Aku bahagia.

If you were mine.. I promise..
I'll be always standing right next to you. I'll be the best for you.. Coz you are the one.. The one who I'm waiting for..

Minggu, 21 Agustus 2011

FANFIC: You And Somebody Else

Diposting oleh Your Sunday Morning di 21.50 0 komentar

Jepang lumayan dingin hari ini. Wajar saja, saat ini sudah hampir masuk musim dingin. Wajar juga kalau orang-orang sudah mulai memakai jaket-jaket tebal saat berpergian. Termasuk Taecyeon yang menyelinap keluar lokasi shooting darama DreamHigh saat breakshooting dan memutuskan berkeliling Tokyo sebentar.
Taecyeon melihat sekelilingnya sambil menggosok-gosok tangannya yang tidak mengenakan sarung tangan. Dingin. Seharusnya ia mengenakan sarung tangan tadi. Ia terburu-buru tadi. Takut para kru melihatnya keluar lalu mencegahnya. Ia tak mau. Ia ingin berkeliling Tokyo sebentar. Toh sekarang juga masih istirahat.
Jalanan ramai. Ia tak tahu pasti dimana ia sekarang. Biarlah. Nanti ia bisa naik taksi lalu meminta mengantar ke lokasi shootingnya.
Untuk kesekian kalinya Taecyeon memerhatikan jalan sekelilingnya. Masih ramai. Ada yang berjalan pelan, ada yang berlari terburu-buru sambil berkali-kali melirik jam tangannya, ada juga yang berjalan sambil menelpon. Tanpa sadar Taecyeon tersenyum memandangi semua itu. Ia selalu suka suasana Jepang yang seperti ini. Sayang setiap kesini ia tak pernah sempat berkeliling kota. Ia terlalu sibuk dengan jadwal keartisannya setiap berkunjung kemari.
Taecyeon berhenti disebuah perempatan lampu merah. Tidak jelas mengapa ia berhenti. Ia hanya merasa ingin menyeberang. Dan saat itulah ia tidak sengaja melihat beberapa gadis diseberang jalan yang sedang membagi-bagikan brosur. Matanya langsung tertuju pada gadis bermantel putih yang ikut membagi-bagikan brosur. Taecyeon tertegun. Lalu beberapa saat kemudian, tanpa disadarinya kakinya melangkah menyeberangi jalan.
###
Taecyeon menepuk bahu salah satu gadis bermantel putih yang diperhatikannya tadi. Gadis itu menoleh, mata bulatnya menatap bingung Taecyeon yang hanya berdiri diam ditempatnya.
“Emm.. English oke?” Saat gadis itu menoleh, Taecyeon baru menyadari bahwa bahasa Jepangnya payah sekali. Sementara gadis ini dihadapannya ini kemungkinan besar juga orang Jepang, meski ia tak yakin sepenuhnya.
Gadis didepannya itu mengangguk dan Taecyeon mulai berbicara dengan bahas Inggris.
“Itu brosur apa?” Taecyeon bertanya dalam bahasa inggris sambil menunjuk tumpukan brosur yang dipegang gadis didepannya.
“Oh ini brosur agensi penyewaan pemandu wisata agensi kami.” Jawab gadis didepannya sambil tersenyum ramah. “Ah.. Dan ini untuk anda.” Tambahnya sambil mengangsurkan satu brosur ditangannya.
Taecyeon mengamati brosur yang diberikan gadis itu. Penyewaan pemandu wisata. Kebetulan sekali. “Kau pemandu wisata?”
Gadis didepannya mengangguk lagi.
“Apa aku boleh menyewa jasamu untuk hari ini?” Tanya Taecyeon langsung.
Mata gadis itu membulat kaget. Hanya sebentar, karena setelahnya ia mengamati Taecyeon dari atas sampai bawah lalu kembali keatas lagi. Dahinya berkerut-kerut. Mulutnya bergerak-gerak tanpa suara.
'Apa dia tau siapa aku?' Bisik Taecyeon dalam hati.
Hari ini ia sengaja menyamar agar dapat leluasa berjalan-jalan di Tokyo. Maklum saja, fansnya di Jepang lumayan banyak.
Gadis didepan Taecyeon mengamatinya sekali lagi sebelum akhirnya menghea napas panjang dan mengangguk. “Baiklah.”
###

"Biar kuuraikan. Namamu Taecyeon. Umur 23 tahun. Dari Korea. Datang ke Jepang untuk urusan pekerjaan. Dan sekarang ingin berkeliling Tokyo dalam waktu singkat. Benar begitu?" Cerocos Yuri panjang lebar.
Taecyeon tertawa kecil mendengar ocehan Yuri, pemandu wisata yang tadi ditemuinya dan bersedia menemaninya jalan-jalan hari ini. "Benar sekali. Bagaimana denganmu? Dan ngomong-ngomong berapa aku harus membayar jasamu ini?"
Yuri menoleh sekilas, mengerutkan kening lalu menjawab. "Seperti yang kukatakan tadi, aku mahasiswa dan bekerja paruh waktu menjadi pemandu wisata. Umurku baru 20 tahun. Dan untuk ongkos, itu terserah padamu. Kalau menurutmu aku pemandu wisata yang baik, rasanya pantas kalau kau memberiku imbalan yang banyak."
Taecyeon tertawa lagi. Gadis disampingnya ini benar-benar cerewet. Tapi justru disitulah menariknya. "Berarti aku harus siap-siap membayar mahal ya. Tampaknya kau sangat berpengalaman." Sahut Taecyeon ringan.
Yuri tersenyum lebar. "Terimakasih sudah menganggapku seperti itu. Dan ngomong-ngomong lagi, bagaimana aku harus memanggilmu? Kau lebih tua dariku. Rasanya tidak enak memanggil seperti ini."
Taecyeon membuka mulutnya, hendak menjawab pertanyaan Yuri, tapi suara Yuri menyelanya lebih dulu.
"Ah aku tahu. Aku harus memanggilmu Oppa. Iya kan? Hyuna selalu memanggil kakak laki-lakinya seperti itu." Sela Yuri dengan mata bersinar senang. Senang karena dia bisa menemukan sendiri jawaban pertanyaannya.
"Hyuna?"
Yuri mengangguk keras. "Hyuna adalah teman baikku, pindahan dari Korea. Bagaimana? Benar bukan? Aku harus memanggilmu oppa. Iya kan?"
Taecyeon tersenyum lebar. "Yah.. Benar sekali. Kau bisa memanggilku Taecyeon oppa."
Yuri terkikik geli. "Lucu sekali."
Taecyeon menoleh, dahinya berkerut samar. "Apanya yang lucu?"
"Kau tau, dalam bahasa indonesia, Oppa itu berarti kakek. Kakek Taecyeon.. Kakek Taecyeon. Lucu sekali." Jelas Yuri.
Taecyeon ikut tertawa. Gadis disampingnya ini punya tawa yang menular. "Kau bisa bahasa indonesia?"
Yuri mengangguk riang. "Ibuku orang Indonesia. Dan ayahku orang Jepang. Aku sempat tinggal selama sepuluh tahun disana sebelum akhirnya pindah kesini."
"Ah pantas saja." Taecyeon menyahut. "Kau tidak seperti orang Jepang."
Yuri tersenyum "Kau tidak seperti orang Jepang." Ia mengulang ucapan Taecyeon. "Aku sering sekali mendengar ucapan itu. Biar kutebak, pasti karena mataku yang bulat dan kulitku yang tidak seputih orang Jepang. Iya kan?"
Taecyeon mengangkat bahunya. "Entahlah." Jawabnya lalu terdiam sebentar sebelum bergumam. "Indonesia negeri yang indah."
Yuri memutar kepalanya cepat. "Oppa pernah kesana?"
"Pernah beberapa kali." Jawabnya menerawang.
"Urusan pekerjaan juga?"
Taecyeon menggeleng. "Aku punya kenalan disana."
Yuri mengangguk-angguk mengerti. "Oppa benar. Indonesia negeri yang indah. Sangat indah." Yuri terdiam sebentar. Ingatannya tentang Indonesia memenuhi pikirannya. "Seringkali aku rindu Indonesia. Indonesia yang tidak serumit Jepang."
Taecyeon diam saja. Pikirannya melayang ke seseorang diseberang sana.
"Ah kita terlalu asyik mengobrol. Bisakah kita berjalan sedikit lebih cepat Oppa? Kereta yang akan membawa kita datang lima menit lagi."
Suara Yuri disebelahnya membuyarkan lamunan Taecyeon. Ia menoleh dan mendapati Yuri sedang menatap jam tangannya lekat-lekat. "Apakah kita perlu berlari?"
Yuri meringis. "Sepertinya begitu."
Taecyeon tersenyum kecil. "Baiklah. Aku tidak masalah kalau harus lari sampai ke stasiun. Anggap saja olahraga."
Yuri meringis lagi."Kalau begitu dalam hitungan ketiga kita lari ya." Ucapny sambil membuang napas pelan. "Satu.. Dua.. Tiga.. Ayo lari Oppa."
Yuri dan Taecyeon berlari beriringan menuju stasiun yang berjarak 200 meter dari tempat mereka berlari tadi. Melelahkam tentu. Dan Yuri tidak pernah suka acara lari-lari seperti ini.
"Hei Oppa, tunggu aku. Kau berlari cepat sekali." Seru Yuri dibelakang Taecyeon saat mereka sedang berlari menuruni tangga menuju stasiun kereta bawah tanah.
Taecyeon berbalik dengan cengiran lebar dibibirnya. "Bukankah tadi kau yang meminta kita cepat-cepat?"
Yuri merengut. "Hei kau itu laki-laki dan aku perempuan. Pelan-pelanlah sedikit."
Taeyeon berhenti di anak tangga terakhir, menunggu Yuri sambil tertawa pelan. Kebalikan dari Yuri, Taecyeon sangat menikmati saat-saat menjadi orang biasa seperti berlari di stasiun seperti ini. Kenapa? Karena tentunya ia tidak akan bisa melakukan hal seperti ini di Korea. Kecuali kalau ia harus melakukan adegan seperti ini dalam drama yang dibintanginya.
"Huh.. Sepertinya Oppa lebih mirip orang Jepang daripada aku." Gerutu Yuri begitu sampai disebelah Taecyeon.
"Benarkah?" Cengiran lebar tidak juga hilang dari mulut Taecyeon.
"Hei Oppa tidak bisakah kau lenyapkan tawamu itu?" Yuri mendengus kesal.
"Baiklah.. Baiklah. Aku akan berhenti tertawa." Taecyeon menghentikan tawanya walau sebenarnya ia sangat ingin tertawa melihat wajah Yuri yang merengut lucu.
"Ah apakah itu kereta yang akan kita naiki?" Tanya Taecyeon begitu melihat sebuah kereta datang.
Yuri mengangguk. "Ayo Oppa, kita harus cepat kalau tidak mau ketinggalan." Katanya sambil menggeret lengan Taecyeon masuk kedalam kereta.
"Memang kita mau kemana?" Tanya Taecyeon begitu masuk kedalam kereta. Semua tempat duduk sudah terisi. Mereka terpaksa berdiri di dekat pintu.
Yuri memiringkan kepalanya sambil tersenyum misterius. "Ke tempat dimana Oppa bisa melihat seluruh kota Tokyo."
###
TBC.. :p

Dear Autumn

Diposting oleh Your Sunday Morning di 21.13 0 komentar

Surat ini aku tulis setelah mewek-mewek baca novel Autumn In Paris karya Ilana Tann.. Happy Reading 

Untuk gadis yang selalu menggetarkan hatiku saat mengingat Paris dan musim gugurnya..

Tara, aku yakin kau tak mengenalku. Tapi aku mengenalmu. Mengetahui banyak hal tentangmu. Mengikuti setiap langkah kecilmu. Juga menangisi jengkal-jengkal kisahmu. Karena itu, ijinkan aku menyuarakan jeritan hati yang ikut hancur bersamamu ini. Untukmu..

Pernahkah kau berpikir takdir sedang mempermainkanmu? Pada awalnya membawamu pada pertemuan dengan pria Jepang yang langsung menarik perhatianmu pada pertemuan pertama. Lalu mengejutkanmu dengan pertemuan-pertemuan tak terduga selanjutnya. Juga membuatmu berbunga-bunga setiap mendengar surat-suratnya diudarakan. Seperti meyakinkanmu, bahwa dialah yang kau inginkan..

Tapi tidak begitu saja. Dengan seenaknya, dia membiarkanmu jatuh.. Merana.. Hancur.. Mengetahui kenyataan yang ada. Apa kau pikir takdir sedang menertawakanmu sekarang?
Entahlah Tara.. Mungkin saja..

Mungkin saja ia menertawakan air matamu yang tak lelah menetes. Menertawakan seluruh tubuhmu yang larut bersama tangisanmu.. Menertawakanmu yang rasanya tak ingin lagi hidup..

Aku tahu bagaimana sakitnya hatimu. Sakit teramat sangat yang membuatmu tak mampu merasakan apapun kecuali rasa sakit itu sendiri.
Tidak angin musim gugur yang mampu merobohkan tubuhmu. Tidak air sungai yang sanggup membekukan tubuhmu. Tidak apapun kecuali rasa sakitmu itu..

Tapi tenang saja..
Aku tidak akan mengusik tangisanmu.. Aku tidak akan mengganggu kesedihanmu.. Kau perlu itu Tara.. Untuk menyembuhkan luka hatimu.. Luka yang bisa mengarat.. Luka yang menyayat..

Bukankah kau sudah berjanji akan berhenti menangis dan bersedih setelah ini? Akan tertawa lagi dan bercerita lagi?
Aku akan menunggunya Tara..
Menunggumu sadar untuk berhenti menangisinya.Mungkin takdir punya jalan lain untukmu. Mungkin takdir akan membawamu pada seseorang yang akan tertawa kala angin musim gugur menerpa wajahmu. Yang akan tertawa bersamamu melihat Paris dari ketinggian. Aku akan menunggu sat itu datang Tara. Untukmu yang punya jalan panjang.. Untuknya yang tersenyum melihatmu disurga.. Dan untukku, pendengar setiamu yang merindukan suara jernihmu..

Seseorang yang berharap kau tersenyum pada musim gugur selanjutnya.. :)


Sabtu, 05 Maret 2011

A Letter For Him...

Diposting oleh Your Sunday Morning di 00.51 0 komentar

Untuk seseorang, yang belum lama ini meniupkan angin kebahagiaan padaku...
Aku tidak pernah menyadari kehadiranmu sebelumnya, meski kau telah berdiri dihadapanku, menatapku, bahkan ketika kau mulai memanggil namaku. Sampai ketika kau mulai berlari mengejarku. Ditengah kekosongan hati yang melanda. Ditengah kebimbangan yang menyiksa. Membuatku membuka mata.. Bahwa kau ada..
Aku tidak tahu mulai kapan aku selalu tersenyum melihatmu. Lalu perlahan merasakan desiran aneh ketika kau medekatiku. Juga dentuman-dentuman dahsyat yang melanda jantungku. Yang pasti, samppai saat ini, detik ini, semua itu tetap terjadi. Seperti sebuah keharusan.. Atau mungkin kebiasaan..
Aku tidak pernah menanyakan menagap semua itu bisa terjadi. Bukankah sudah jelas? Aku mencintaimu. Selesai. Titik.
Aku tidak ingin membuatnya begitu rumit. Seperti hitungan-hitungan larutan dalam kimia. Atau rumus-rumus turunan dalam fisika. Karena aku, ingin mencintaiu dengan sederhana. Agar kau dapat merasakannya saat menarap mataku. Agar kau dapat menangkapnya saat berbicara denganku. Dan agar kau, dapat menerima.. dan membalasnya..
Aku tidak pernah memaksa. Tidak. Meminta pun tidak. Bisa merasakan perasaan seperti ini saja sudah sangat menyenangkan. Maka dari itu, aku tidak akan mengiba padamu..
Aku tahu kau melihatku. Ya. Melihatku. Juga berjalan disampingku. Tapi aku tidak pernah tahu, siapa yang ada dihatimu. Siapa yang setia mengunjungi mimpi-mimpimu. Siapa yang menjadi asamu... Jadi, untuk saat ini, biarlah semuanya seperti ini. Biarlah aku aku menikmati tatapanmu. Biarlah jantung ini berdentum-dentum berlari ke arahku. Biarlah aku tersenyum sendiri saat mengingatmu. Biarlah jiwa ini melayang saat kau berjalan disisiku..
Biarlah.. Biarlah.. Karena semuanya terlalu indah.. Karena saat ini belum saatnya. Biarlah bunga ini mekar sampai waktunya.. Tunggu saja. Nikmati keindahannya. Biar waktu saja yang menggugurkannya...

Jumat, 18 Februari 2011

We Call It "LOVE"

Diposting oleh Your Sunday Morning di 00.17 0 komentar
We Call It “LOVE”
Bola itu terus menggelinding.. Mengikuti giringanmu. Ya.. Dirimu yang basah keringat. Yang selalu melekatkan senyum dibibir. Yang punya kharisma luar biasa. Oh.. Aku bersyukur sekali tuhan menciptakan makhluk seindah dirimu..
Si kulit bundar masih saja bergulir dibawah giringamu. Satu, dua, tiga. TIGA pemain kau lalui sekaligus. Dan tanpa berpikir panjang, kau lesatkan bola ke gawang.. “GOL!!!”
Semua penonton berteriak seperti itu higga kupingku rasanya berdenging. Oke.. Tidak semua sebenarnya. Hanya sebagian besar penonton yang mendukungmu. Dan sebagian besar yang kumaksud ini berjenis kelamin perempuan.Sekali lagi 'PEREMPUAN'. Lihat.. betapa pesonamu sudah menjerat banyak sekali wanita disini..
Aku melonjak-lonjak senang bersama puluhan suportermu yang lain. Dengan tidak melepas sedikitpun pandanganku kepadamu. Yang berselebrasi dengan berlari-lari mengitari lapangan. Dan.. Oh.. Bilang kalau mataku ini kelilipan. Dia melihat kearahku, tersenyum, lalu melakukan gerakan seakan ingin mengirimkan ciuman jarak jauh.. Ah.. Lututku benar-benar lemas rasanya. Kamu benar-benar tahu bagaimana caranya membuat seorang perempuan tergila-gila kepadamu.
Sekali lagi, cewek-cewek disekitarku menjerit-jerit histeris. Kali ini bahkan dua kali lipat lebih histeris dari sebelumnya. Rasanya aku tidak akan kaget jika mendadak tuli setelah ini.
Drrt.. Drrt.. Hpku bergetar. Ada sms masuk.
From: Dita
Vi, dimana lo?? Udah mulai nih les fisikanya. Buruan masuk!!
Arghh... Sialan. Les fisika. Kenapa sih aku masih harus les fisika saat pertandingan futsal ini sedang seru-serunya? Ya.. Ini kan perintah mama. Siapa yang berani melawan? Susah juga kalau punya orang tua yang menjadi guru disekolah yang sama dengan sekolahmu. Nilai-nilai harus selalu bagus.. Jadinya ya harus ikut les ini itu. Seperti aku!!
Aku terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju kelas yang digunakan untuk les fisika yang memang berada disekolahku yang tentunya juga masih satu tempat dengan lapangan futsal tempat pertandingan futsal tadi berlangsung. Sampai-sampai tidak menyadari adanya bola yang melesat dari lapangan futsal ke arahku.
BRAK!! Semua bukuku jatuh kelantai karena terkena bola yang melesat sangat cepat itu. Sial kuadrat. Bisa-bisanya ada bola nyasar disini. Huh..
“Lo nggak papa?” Tanya seseorang didepanku.
Aku menghentikan kegiatan memunguti buku-bukuku dan langsung mengangkat kepalaku. O-Em-Ji.. Dia!! Dia yang tadi kuelu-elukan.. Ada dihadapanku. Didepan mataku. Setengah meter didepanku. Oh.. Sepertinya dewi fortuna sedang berbaik hati padaku hari ini.
“Hei?? Lo nggak papa?” Tanyanya lagi sambil menggerak-gerakkan tangannya didepan mukaku.
“ Eh.. Oh..” Argh..Stop dreaming viooo!!! “ Nggak papa kok.” Jawabku lancar setelah berhasil meredakan kegugupanku.
Ia tersenyum lalu melangkah maju, berjongkok, dan mulai membantu memunguti buku-bukuku yang setebal kitab-kitab hukum itu.
GOD.. Rasanya jantungku berdetak berkali-kali lebih cepat kali ini. Dia ada dihadapanku, membantuku memunguti buku-buku sialan itu. How nice..
“Ini buku lo.” Ucapnya seraya bangkit dan menyerahkan buku-bukuku.
Detik pertama, dia dengan sukses membuatku terpana. Mata cokelatnya yang begitu bening, alisnya yang sedikit berkerut, kulit putihnya yang banjir keringat, bibirnya yang merah merekah.. Ya Tuhan.. Makhluk dihadapanku ini benar-benar indah.
“Eh.. Makasih ya.” Sahutku pada detik kedua, tentunya setelah aku bisa mengontrol pikiranku yang mulai berkeliaran.
Dia tersenyum. Ya ampuuuun... Jantungku kebat-kebit melihatnya. Aku nggak pernah merasakan ini sebelumnya. Sepertinya aku sudah mulai gila.
“Sama-sama. Lain kali ati-ati ya.” Ucapnya lalu mengambil bola sepaknya, berbalik, dan berjalan meninggalkanku.
Aku menatap punggung yang berjalan menjauh itu. Masih benar-benar terpana oleh pesonanya. Lalu tiba-tiba saja, tanpa kuduga,dia berhenti. Dan tanpa sadar, aku menahan napasku. Dia berbalik.
“Eh.. Lo anak IPA 1 kan?” Tanyanya dari kejauhan.
Ya ampun.. Keajaiban apa lagi ini? Dia tau kelasku.
Aku mengangguk. “Iya.” Jawabku pendek.
“Nama lo sapa?” Tanyanya lagi. Oh Tuhan.... Ini namanya super duper triple beruntung.
“Viona.” Jawabku dengan hati kebat-kebit dua kali lipat lebih parah dari sebelumnya.
“Nice name. Gue Bara. Sampai ketemu besok.” Katanya sambil melambaikan tangannya kepadaku.
Aduh Baraaaa!! I really adore you so much. Senyummu, perbuatanmu, kata-katamu, golmu.. Ya ampuun.. Semuanya bikin kecanduan deh.. Huh.. Berani taruan aku nggak bisa tidur ntar malem. Eh.. Tapi kan besok ada ulangan kimia? Aduh.. Whatever lah. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku sangat sangat ingin melupakan ulangan kimia.
###


Istirahat pertama. Harusnya aku ada dikantin. Makan soto minya Bu Ani bareng Dita sambil ngegosip. Ya... Harusnya. Kalo nggak ada tugas tambahan merangkum sejarah atom dari guru kimiaku A.K.A mamaku karena aku dianggap malas-malasan mengerjakan ulangan kimia tadi.
Ya ampuun.. Malas-malasan gimana? Aku tadi yakin bisa menjawab 28 dari 30 soal yang diberikan. Yah... Walaupun aku nggak belajar tadi malam. Tapi aku yakin 28 jawabanku itu pasti benar. Dan mama masih menilaiku malas-malasan? Darimana coba? Huh..
Aku mengumpulkan buku-buku yang sekiranya kuperlukan untuk bahan tugas tambahan menyebalkanku ini di perpustakaan sekolah. Ya.. perpustakaan sekolah!! Perpustakaan yang sepi seperti biasanya. Yang didalamnya tidak ada majalah-majalah remaja keluaran terbaru seperti anaka yess, high n teen, gadis, sophie martin, dll. Atau mungkin teenlit-teenlit populer yang jadi incaran banyak remaja. Atau komik-komik jepang seperti naruto dan conan. Jelaslah tidak ada. Kalau ada, pastinya perpustakaan tidak akan sesepi kuburan seperti ini.
BRUK!! Aku menghempaskan buku-buku kimia ke meja perpustakaan dengan sedikit kasar. Lalu menarik kursi dengan asal-asalan. Ingin sesegera mungkin menyelesaikan hukuman menyebalkan ini.
“Lo kenapa?”
Aku terlonjak. Hampir saja terjungkal dari kursiku.
Bara. Duduk dikursi didepanku. Dengan koran olahraga ditangannya. Aku lagi mimpi nggak nih?
“Eh.. Nggak papa. Cuma kesel aja.” Jawaku dengan detak jantung yang mulai tidak bisa dikontrol.
Alis tebal Bara bertaut. “Kesel kenapa?”
Dan aku menceritakan semuanya. Semua yang ingin kuceritakan tapi tak pernah kuceritakan. Tentang keluarga, sekolah, dan cinta... Padanya. Pada BARA!! Seseorang yang baru kukenal kemarin. Aneh bukan? Aku mengeluarkan semua kekesalan yang selama ini hanya kupendam pada Bara. Yang bahkan tak pernah kuungkapkan pada siapapun. Pada Dita sahabatku sekalipun. Entahlah.. Aku merasa seperti.. Seperti sudah sangat lama mengenal Bara. Sehingga bisa mengeluarkan semuanya. Benar-benar melegakan..
“Makasih ya Bar. Lo udah mau dengerin cerita membosankan gue ini. Sampe-sampe bolos jam pelajaran.”
“Eh bukannya lo yang takut bolos jam kayak gini? Gue sih biasa aja. Hehe.”
Aku menggeleng kecil. “Nggaklah. Sekali-sekali nggak papa. Ya.. Walaupun pasti gue bakal dapat hukuman. Tapi.. Gue nggak merasa menyesal sama sekali bolos jam kali ini.” Ucapku seraya bangkit dari kursi, ingin mengembalikan buku-buku kimia yang mengganggu pemandangan ini.
“Eh Vi.. Boleh pinjem hp lo nggak?? Hp gue low bat. Gue mau sms temen gue. Minta ijinin ke guru buat jam ini.” Pinta Bara yang juga ikut bangkit dari duduknya.
Aku merogoh saku rokku dan mengangsurkan hpku pada Bara. Lalu berjalan menuju rak tempat aku mengambil buku-buku kimia tadi.
“Nih Vi.. Thank's ya.” Ucap Bara yang tiba-tiba sudah ada diampingku.
Untuk kedua kalinya, aku terlonjak kaget dihadapannya.
“Ya ampun Bara!!! Ngagetin aja sih lo. Jatuh semua kan bukunya..” Gerutuku sambil membungkuk memunguti beberapa buku yang tersenggol jatuh olehku.
Bara tertawa kecil sambil membantuku memunguti buku-buku dilantai. “Ternyata lo kagetan juga ya?”
“Kalo sama lo kayaknya gue kagetan mulu deh.”
Bara tertawa keras. “Haha.. Masa sih?” Tanyanya dengan dahi berkerut-kerut -yang sumpah keren sekali-. “Nih bukunya. Ati-ati jangan sampe jatuh lagi.”
“Iya.. Iya..” Sahutku pura-pura kesal.
“Oya, nih hp lo. Makasih ya. Em..”
“Apa?” Tanyaku bingung melihat ekspresi Bara yang kebingungan sendiri.
“Eh nggak. Gue balik dulu ya. Da..” Pamitnya sambil melambai kepadaku.
Kenapa lagi tu si Bara. Aneh banget tingkahnya.
BRUK!! Ya ampun bukunya jatuh lagi. Sialan banget sih.
Aku kembali menunduk, bermaksud mengambil buku yang terjatuh itu. Dan tanpa sengaja, aku melihat ada kertas yang terjatuh dari buku tebal itu.

Melihatmu..
Hatiku tenang..
Melihat senyummu..
Hatiku melayang..
Seperti angin..
Kau terbangkan diriku..
Seperti api..
Kau hangatkan hatiku.. :)

Bara.. To viona my little angel..

Ya ampun Baraaaa... Dia nulis itu buat aku?? Gilaa...
Drrt.. Drrt..
From:+6889010101
Udah baca puisinya Vi?? :)
Bara. Bara. Bara. Bener-bener gila.
Jantungku melompat-lompat tak tentu arah. Napasku memburu. Adrenalinku serasa naik ke tingkat paling atas. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya.
Perasaan indah yang membuat bibirku tak henti-hentinya tersenyum. Yang membuatku merasa pasti menjalani hari esok. Yang membuatku merasa lengkap. Benar-benar lengkap sebagai seoarng gadis remaja yang bahkan belum genap menginjak tujuh belas tahun.. Perasaan apa ini?
Cinta. Ya ya ya.. We call it love.. We call it love... We call it love..
 

Your Sunday Morning.. Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipietoon Blogger Template Image by Online Journal