We Call It “LOVE”
Bola itu terus menggelinding.. Mengikuti giringanmu. Ya.. Dirimu yang basah keringat. Yang selalu melekatkan senyum dibibir. Yang punya kharisma luar biasa. Oh.. Aku bersyukur sekali tuhan menciptakan makhluk seindah dirimu..
Si kulit bundar masih saja bergulir dibawah giringamu. Satu, dua, tiga. TIGA pemain kau lalui sekaligus. Dan tanpa berpikir panjang, kau lesatkan bola ke gawang.. “GOL!!!”
Semua penonton berteriak seperti itu higga kupingku rasanya berdenging. Oke.. Tidak semua sebenarnya. Hanya sebagian besar penonton yang mendukungmu. Dan sebagian besar yang kumaksud ini berjenis kelamin perempuan.Sekali lagi 'PEREMPUAN'. Lihat.. betapa pesonamu sudah menjerat banyak sekali wanita disini..
Aku melonjak-lonjak senang bersama puluhan suportermu yang lain. Dengan tidak melepas sedikitpun pandanganku kepadamu. Yang berselebrasi dengan berlari-lari mengitari lapangan. Dan.. Oh.. Bilang kalau mataku ini kelilipan. Dia melihat kearahku, tersenyum, lalu melakukan gerakan seakan ingin mengirimkan ciuman jarak jauh.. Ah.. Lututku benar-benar lemas rasanya. Kamu benar-benar tahu bagaimana caranya membuat seorang perempuan tergila-gila kepadamu.
Sekali lagi, cewek-cewek disekitarku menjerit-jerit histeris. Kali ini bahkan dua kali lipat lebih histeris dari sebelumnya. Rasanya aku tidak akan kaget jika mendadak tuli setelah ini.
Drrt.. Drrt.. Hpku bergetar. Ada sms masuk.
From: Dita
Vi, dimana lo?? Udah mulai nih les fisikanya. Buruan masuk!!
Arghh... Sialan. Les fisika. Kenapa sih aku masih harus les fisika saat pertandingan futsal ini sedang seru-serunya? Ya.. Ini kan perintah mama. Siapa yang berani melawan? Susah juga kalau punya orang tua yang menjadi guru disekolah yang sama dengan sekolahmu. Nilai-nilai harus selalu bagus.. Jadinya ya harus ikut les ini itu. Seperti aku!!
Aku terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju kelas yang digunakan untuk les fisika yang memang berada disekolahku yang tentunya juga masih satu tempat dengan lapangan futsal tempat pertandingan futsal tadi berlangsung. Sampai-sampai tidak menyadari adanya bola yang melesat dari lapangan futsal ke arahku.
BRAK!! Semua bukuku jatuh kelantai karena terkena bola yang melesat sangat cepat itu. Sial kuadrat. Bisa-bisanya ada bola nyasar disini. Huh..
“Lo nggak papa?” Tanya seseorang didepanku.
Aku menghentikan kegiatan memunguti buku-bukuku dan langsung mengangkat kepalaku. O-Em-Ji.. Dia!! Dia yang tadi kuelu-elukan.. Ada dihadapanku. Didepan mataku. Setengah meter didepanku. Oh.. Sepertinya dewi fortuna sedang berbaik hati padaku hari ini.
“Hei?? Lo nggak papa?” Tanyanya lagi sambil menggerak-gerakkan tangannya didepan mukaku.
“ Eh.. Oh..” Argh..Stop dreaming viooo!!! “ Nggak papa kok.” Jawabku lancar setelah berhasil meredakan kegugupanku.
Ia tersenyum lalu melangkah maju, berjongkok, dan mulai membantu memunguti buku-bukuku yang setebal kitab-kitab hukum itu.
GOD.. Rasanya jantungku berdetak berkali-kali lebih cepat kali ini. Dia ada dihadapanku, membantuku memunguti buku-buku sialan itu. How nice..
“Ini buku lo.” Ucapnya seraya bangkit dan menyerahkan buku-bukuku.
Detik pertama, dia dengan sukses membuatku terpana. Mata cokelatnya yang begitu bening, alisnya yang sedikit berkerut, kulit putihnya yang banjir keringat, bibirnya yang merah merekah.. Ya Tuhan.. Makhluk dihadapanku ini benar-benar indah.
“Eh.. Makasih ya.” Sahutku pada detik kedua, tentunya setelah aku bisa mengontrol pikiranku yang mulai berkeliaran.
Dia tersenyum. Ya ampuuuun... Jantungku kebat-kebit melihatnya. Aku nggak pernah merasakan ini sebelumnya. Sepertinya aku sudah mulai gila.
“Sama-sama. Lain kali ati-ati ya.” Ucapnya lalu mengambil bola sepaknya, berbalik, dan berjalan meninggalkanku.
Aku menatap punggung yang berjalan menjauh itu. Masih benar-benar terpana oleh pesonanya. Lalu tiba-tiba saja, tanpa kuduga,dia berhenti. Dan tanpa sadar, aku menahan napasku. Dia berbalik.
“Eh.. Lo anak IPA 1 kan?” Tanyanya dari kejauhan.
Ya ampun.. Keajaiban apa lagi ini? Dia tau kelasku.
Aku mengangguk. “Iya.” Jawabku pendek.
“Nama lo sapa?” Tanyanya lagi. Oh Tuhan.... Ini namanya super duper triple beruntung.
“Viona.” Jawabku dengan hati kebat-kebit dua kali lipat lebih parah dari sebelumnya.
“Nice name. Gue Bara. Sampai ketemu besok.” Katanya sambil melambaikan tangannya kepadaku.
Aduh Baraaaa!! I really adore you so much. Senyummu, perbuatanmu, kata-katamu, golmu.. Ya ampuun.. Semuanya bikin kecanduan deh.. Huh.. Berani taruan aku nggak bisa tidur ntar malem. Eh.. Tapi kan besok ada ulangan kimia? Aduh.. Whatever lah. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku sangat sangat ingin melupakan ulangan kimia.
###
Istirahat pertama. Harusnya aku ada dikantin. Makan soto minya Bu Ani bareng Dita sambil ngegosip. Ya... Harusnya. Kalo nggak ada tugas tambahan merangkum sejarah atom dari guru kimiaku A.K.A mamaku karena aku dianggap malas-malasan mengerjakan ulangan kimia tadi.
Ya ampuun.. Malas-malasan gimana? Aku tadi yakin bisa menjawab 28 dari 30 soal yang diberikan. Yah... Walaupun aku nggak belajar tadi malam. Tapi aku yakin 28 jawabanku itu pasti benar. Dan mama masih menilaiku malas-malasan? Darimana coba? Huh..
Aku mengumpulkan buku-buku yang sekiranya kuperlukan untuk bahan tugas tambahan menyebalkanku ini di perpustakaan sekolah. Ya.. perpustakaan sekolah!! Perpustakaan yang sepi seperti biasanya. Yang didalamnya tidak ada majalah-majalah remaja keluaran terbaru seperti anaka yess, high n teen, gadis, sophie martin, dll. Atau mungkin teenlit-teenlit populer yang jadi incaran banyak remaja. Atau komik-komik jepang seperti naruto dan conan. Jelaslah tidak ada. Kalau ada, pastinya perpustakaan tidak akan sesepi kuburan seperti ini.
BRUK!! Aku menghempaskan buku-buku kimia ke meja perpustakaan dengan sedikit kasar. Lalu menarik kursi dengan asal-asalan. Ingin sesegera mungkin menyelesaikan hukuman menyebalkan ini.
“Lo kenapa?”
Aku terlonjak. Hampir saja terjungkal dari kursiku.
Bara. Duduk dikursi didepanku. Dengan koran olahraga ditangannya. Aku lagi mimpi nggak nih?
“Eh.. Nggak papa. Cuma kesel aja.” Jawaku dengan detak jantung yang mulai tidak bisa dikontrol.
Alis tebal Bara bertaut. “Kesel kenapa?”
Dan aku menceritakan semuanya. Semua yang ingin kuceritakan tapi tak pernah kuceritakan. Tentang keluarga, sekolah, dan cinta... Padanya. Pada BARA!! Seseorang yang baru kukenal kemarin. Aneh bukan? Aku mengeluarkan semua kekesalan yang selama ini hanya kupendam pada Bara. Yang bahkan tak pernah kuungkapkan pada siapapun. Pada Dita sahabatku sekalipun. Entahlah.. Aku merasa seperti.. Seperti sudah sangat lama mengenal Bara. Sehingga bisa mengeluarkan semuanya. Benar-benar melegakan..
“Makasih ya Bar. Lo udah mau dengerin cerita membosankan gue ini. Sampe-sampe bolos jam pelajaran.”
“Eh bukannya lo yang takut bolos jam kayak gini? Gue sih biasa aja. Hehe.”
Aku menggeleng kecil. “Nggaklah. Sekali-sekali nggak papa. Ya.. Walaupun pasti gue bakal dapat hukuman. Tapi.. Gue nggak merasa menyesal sama sekali bolos jam kali ini.” Ucapku seraya bangkit dari kursi, ingin mengembalikan buku-buku kimia yang mengganggu pemandangan ini.
“Eh Vi.. Boleh pinjem hp lo nggak?? Hp gue low bat. Gue mau sms temen gue. Minta ijinin ke guru buat jam ini.” Pinta Bara yang juga ikut bangkit dari duduknya.
Aku merogoh saku rokku dan mengangsurkan hpku pada Bara. Lalu berjalan menuju rak tempat aku mengambil buku-buku kimia tadi.
“Nih Vi.. Thank's ya.” Ucap Bara yang tiba-tiba sudah ada diampingku.
Untuk kedua kalinya, aku terlonjak kaget dihadapannya.
“Ya ampun Bara!!! Ngagetin aja sih lo. Jatuh semua kan bukunya..” Gerutuku sambil membungkuk memunguti beberapa buku yang tersenggol jatuh olehku.
Bara tertawa kecil sambil membantuku memunguti buku-buku dilantai. “Ternyata lo kagetan juga ya?”
“Kalo sama lo kayaknya gue kagetan mulu deh.”
Bara tertawa keras. “Haha.. Masa sih?” Tanyanya dengan dahi berkerut-kerut -yang sumpah keren sekali-. “Nih bukunya. Ati-ati jangan sampe jatuh lagi.”
“Iya.. Iya..” Sahutku pura-pura kesal.
“Oya, nih hp lo. Makasih ya. Em..”
“Apa?” Tanyaku bingung melihat ekspresi Bara yang kebingungan sendiri.
“Eh nggak. Gue balik dulu ya. Da..” Pamitnya sambil melambai kepadaku.
Kenapa lagi tu si Bara. Aneh banget tingkahnya.
BRUK!! Ya ampun bukunya jatuh lagi. Sialan banget sih.
Aku kembali menunduk, bermaksud mengambil buku yang terjatuh itu. Dan tanpa sengaja, aku melihat ada kertas yang terjatuh dari buku tebal itu.
Melihatmu..
Hatiku tenang..
Melihat senyummu..
Hatiku melayang..
Seperti angin..
Kau terbangkan diriku..
Seperti api..
Kau hangatkan hatiku.. :)
Bara.. To viona my little angel..
Ya ampun Baraaaa... Dia nulis itu buat aku?? Gilaa...
Drrt.. Drrt..
From:+6889010101
Udah baca puisinya Vi?? :)
Bara. Bara. Bara. Bener-bener gila.
Jantungku melompat-lompat tak tentu arah. Napasku memburu. Adrenalinku serasa naik ke tingkat paling atas. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya.
Perasaan indah yang membuat bibirku tak henti-hentinya tersenyum. Yang membuatku merasa pasti menjalani hari esok. Yang membuatku merasa lengkap. Benar-benar lengkap sebagai seoarng gadis remaja yang bahkan belum genap menginjak tujuh belas tahun.. Perasaan apa ini?
Cinta. Ya ya ya.. We call it love.. We call it love... We call it love..
Aku dan Blogku
3 tahun yang lalu
0 komentar on "We Call It "LOVE""
Posting Komentar