Selamat pagi..
Bagaimana pagi tuan? Indahkah? Luar biasakah? Semoga saja..
Pagi ini, untuk kesekian kalinya saya tulis surat untuk tuan. Dari rumah saya.. Berkilo-kilo dari tempat tuan sekarang. Entah dimana..
Bukan.. Ini bukan surat cinta, Tuan.. Ini surat permohonan. Dari hati saya. Untuk tuan..
Tuan pasti sekarang sedang mengerutkan kening, atau menaikkan kedua alis. Tolong santai saja tuan. Ini bukan surat permohonan yang akan membuatmu menguras otak. Tidak. Tentu saja ini bukan surat seperti itu. Ini hanya.. Surat permohonan agar tuan tidak lagi mengusik hari saya. Agar tuan tidak lagi muncul terus-menerus dalam otak saya. Agar suara tuan tidak lagi mendengung di pendengaran saya. Agar tuan berhenti hadir dalam hidup saya.
Oh? Tuan sudah berhenti? Benarkah? Tapi kenapa tuan belum berheti menyakiti hati ini? Kenapa tuan belum berhenti tersenyum sinis dan memalingkan wajah dari diri ini? Sebegitu salahnyakah diri ini?
Tuan.. Dari kota ini, saya menulis surat permohonan ini. Melalui surat ini, saya berharap kita berhenti menyakiti satu sama lain. Mulai hari ini. Tuan lelah kan? Saya juga. Jadi mari kita bersama-sama mengakhiri semuanya. Secara baik-baik. Bukankah kita mengawalinya dengan baik pula? Bukankah sebenarnya, kita tidak pernah ingin saling menyakiti? Benar kan tuan? Tuan juga berpikiran sama kan? Tolong anggukan kepala saja. Saya tahu tuan tidak seburuk itu sampai ingin menghancurkan saya. Saya tahu tuan baik. Saya tahu..
Jadi begitu. Itu saja yang ingin saya katakan. Semoga tuan mau mengabulkan surat permohonan saya. Semoga semuanya lebih baik mulai hari ini. Semoga tuan mengerti..
Dari kota kecil ini saya menulis.. Dari tempat yang menenangkan hati. Dari tempat dimana saya tidak pernah kehausan cinta. Dari rumah saya..
Disana.. Dimana saja..