Dear semesta, baik-baik sajakah dirimu? Sehatkah? Mohon maafkan bila sesamaku membuat
keadaanmu buruk.. Kudengar es di kutub
semakin memburuk.. Sungguh, aku meminta maaf mewakili sesamaku untuk itu.
Dear semesta. Aku mengirim surat hari ini bukan hanya untuk
itu. Aku ingin bertanya padamu. Berpuluh-puluh
pertanyaan memenuhi sel abu-abu dalam
kepalaku sejak dulu. Tapi kali ini, hanya satu yang ingin kutanyakan padamu. “Kenapa ada pagi, siang, sore, dan malam?
Kenapa mereka terus saja berganti? Tidak tahukah kau, kadang, aku hanya ingin lebih
lama menghirup aroma embun di pagi hari. Atau menikmati bersantai di siang
hari. Juga ingin lebih lama menikmati senja di sore hari. Dan tentu saja,
memandangi langit gelap dengan segala macam hiasannya di malam hari. Tidak
tahukah kau, kadang, aku hanya ingin menikmati salah satunya saja?”
Lalu kau tertawa keras. “Hei, apakah aku mengatakan sesuatu
yang lucu?”
“Ya, kau lucu sekali. Ah tidak. Kau sekarah,” ucapmu membuatku terdiam.
“Serakah? “ Aku bertanya dengan suara lirih. Bagaimana bisa?
“Tanya saja pada paagi, siang, sore, dan malam,” perintah
semesta. “Mereka lebih tahu.”
Karena itu aku mengunjungi siang, berharap ia memberikan
jawaban atas pertanyaanku. “Hei siang, tidak bisakah kau saja yang ada
sepanjang hari? Agar aku bisa terus bersantai, berdiam diri di rumah.
Berlindung dari matahari yang menyengat.”
Siang mengerutkan alisnya. Menatapku dengan tatapan yang tak
bisa kubaca artinya. “Kau gila,” ucapnya membuatku terdiam. “Tanya saja pada
sore. Aku tidak ingin menjawab pertanyaan konyol seperti itu.”
Dengan bersungut-sungut, aku mendatangi sore. Ah.. Biar
kuberi tahu. Sore begitu wangi. Dan cantik. Aku benar-benar kagum melihatnya. “Sore.. Aku sangat mengagumi senjamu. Tidak
bisakah kau saja yang mengisi hari?” tanyaku dengan suara memelan. Aku benar-benar tersihir oleh pesonanya.
Lalu sore menggeleng
dengan anggunnya. “Aku tidak ingin serakah. Apa kau tidak bosan menatapku
terus? Coba tanyakan pada malam, mungkin dia mau mengabulkan permintaanmu,”
ujar sore dengan suara yang sungguh merdu.
Maka aku mendatangi malam. Wajahku mulai suram sekarang. “Malam,
apakah kau senang sekali jika saatmu berjaga datang?”
Malam tertawa pelan. “Tentu saja. Kenapa kau bertanya
seperti itu?”
“Lalu maukah kau saja yang menemaniku. Aku hanya mau satu,”
pintaku tanpa menjawab pertanyaan malam sebelumnya.
Kemudian malam tersenyum. “Tidak bisa. Aku tidak bisa
seperti itu,” ucap malam. Lalu pergi meninggalkanku. Begitu saja.
Maka aku menyeret langkahku, hampir putus asa mengunjungi
pagi. Dingin, segar, dan hangat langsung menyergapku ketika aku mengunjungi
pagi.
“Ada apa nak?” tanyanya lembut. Aku merasakan aura ibuku.
Membuatku ingin berlari, menghambur dalam pelukannya.
“Aku hanya ingin satu yang menemaniku. Entah pagi, siang,
sore, atau malam. Tidak bisakah?”
Pagi tersenyum lembut. “Nak, rupanya kau tidak cukup
memaknai kehadiran kami,” jawabnya membuatku mengerutkan kening. “Tidakkah kau
merasa beruntung karena kami terus berganti?”
Aku diam. Berharap pagi melanjutkan.
Dan dia benar-benar melanjutkan. “Bukankah kami selalu
membawa suasana yang berbeda? Kau tidak akan menyukai salah satu dari kami
selamanya kan?”
Aku tetap diam. Maka, pagi kembali melanjutkan.
“Ketika kau membenci pagi, maka siang hadir. Berharap bisa
menghilangkan kebencian itu. Ketika kau membenci siang, maka sore hadir dengan
segala keindahannya. Ketika kau terluka
oleh senja, maka malam hadir. Berharap kau bisa menangis keras, menumpahkan
segala kegundahanmu padanya. Dan ketika malampun tak bisa, aku, pagi, berharap
bisa memberimu semangat untuk bangkit seiring bergantinya hari. Bukankah setiap
pagi semua orang selalu berdoa agar
harinya lebih baik dari hari kemarin?”
Aku bergeming. Berusaha mencerna setiap penjelasan yang
meluncur dari pagi.
“Ada beberapa hal yang tidak bisa kitaa cintai selamanya,
Nak. Maka hadir pengganti yang berharap dapat pula kau cintai, atau berharap,
setidaknya mampu mengobati lukamu, dapat menghadirkan kembali senyummu,” ucap
pagi lalu melangkah meniggalkanku.
Untuk kalian yang merasa pedih akan sebuah perpisahan..
Percayalah akan datang pengganti..
Seperti apa yang dikatakan pagi..
Dari seseorang yang percaya bahwa perpisahan selalu membawa
cerita bahagia pada akhirnya..
0 komentar on "Pertanyaan Untuk Semesta"
Posting Komentar