Minggu, 03 Februari 2013

Pertanyaan Untuk Semesta

Diposting oleh Your Sunday Morning di 16.26

Dear semesta, baik-baik sajakah dirimu?  Sehatkah? Mohon maafkan bila sesamaku membuat keadaanmu buruk.. Kudengar  es di kutub semakin memburuk.. Sungguh, aku meminta maaf mewakili sesamaku untuk itu.

Dear semesta. Aku mengirim surat hari ini bukan hanya untuk itu. Aku ingin bertanya padamu.  Berpuluh-puluh pertanyaan  memenuhi sel abu-abu dalam kepalaku sejak dulu. Tapi kali ini, hanya satu yang ingin kutanyakan padamu.  “Kenapa ada pagi, siang, sore, dan malam? Kenapa mereka terus saja berganti? Tidak tahukah kau, kadang, aku hanya ingin lebih lama menghirup aroma embun di pagi hari. Atau menikmati bersantai di siang hari. Juga ingin lebih lama menikmati senja di sore hari. Dan tentu saja, memandangi langit gelap dengan segala macam hiasannya di malam hari. Tidak tahukah kau, kadang, aku hanya ingin menikmati salah satunya saja?”

Lalu kau tertawa keras. “Hei, apakah aku mengatakan sesuatu yang lucu?”

“Ya, kau lucu sekali. Ah tidak. Kau sekarah,”  ucapmu membuatku terdiam.

“Serakah? “ Aku bertanya dengan suara lirih. Bagaimana bisa?

“Tanya saja pada paagi, siang, sore, dan malam,” perintah semesta. “Mereka lebih tahu.”

Karena itu aku mengunjungi siang, berharap ia memberikan jawaban atas pertanyaanku. “Hei siang, tidak bisakah kau saja yang ada sepanjang hari? Agar aku bisa terus bersantai, berdiam diri di rumah. Berlindung dari matahari yang menyengat.”

Siang mengerutkan alisnya. Menatapku dengan tatapan yang tak bisa kubaca artinya. “Kau gila,” ucapnya membuatku terdiam. “Tanya saja pada sore. Aku tidak ingin menjawab pertanyaan konyol seperti itu.”

Dengan bersungut-sungut, aku mendatangi sore. Ah.. Biar kuberi tahu. Sore begitu wangi. Dan cantik. Aku benar-benar kagum melihatnya.  “Sore.. Aku sangat mengagumi senjamu. Tidak bisakah kau saja yang mengisi hari?” tanyaku dengan suara memelan.  Aku benar-benar tersihir oleh pesonanya.

Lalu sore  menggeleng dengan anggunnya. “Aku tidak ingin serakah. Apa kau tidak bosan menatapku terus? Coba tanyakan pada malam, mungkin dia mau mengabulkan permintaanmu,” ujar sore dengan suara yang sungguh merdu.

Maka aku mendatangi malam. Wajahku mulai suram sekarang. “Malam, apakah kau senang sekali jika saatmu berjaga datang?”

Malam tertawa pelan. “Tentu saja. Kenapa kau bertanya seperti itu?”

“Lalu maukah kau saja yang menemaniku. Aku hanya mau satu,” pintaku tanpa menjawab pertanyaan malam sebelumnya.

Kemudian malam tersenyum. “Tidak bisa. Aku tidak bisa seperti itu,” ucap malam. Lalu pergi meninggalkanku. Begitu saja.

Maka aku menyeret langkahku, hampir putus asa mengunjungi pagi. Dingin, segar, dan hangat langsung menyergapku ketika aku mengunjungi pagi.

“Ada apa nak?” tanyanya lembut. Aku merasakan aura ibuku. Membuatku ingin berlari, menghambur dalam pelukannya.

“Aku hanya ingin satu yang menemaniku. Entah pagi, siang, sore, atau malam.  Tidak bisakah?”

Pagi tersenyum lembut. “Nak, rupanya kau tidak cukup memaknai kehadiran kami,” jawabnya membuatku mengerutkan kening. “Tidakkah kau merasa beruntung karena kami terus berganti?”

Aku diam. Berharap pagi melanjutkan.

Dan dia benar-benar melanjutkan. “Bukankah kami selalu membawa suasana yang berbeda? Kau tidak akan menyukai salah satu dari kami selamanya kan?”

Aku tetap diam. Maka, pagi kembali melanjutkan.

“Ketika kau membenci pagi, maka siang hadir. Berharap bisa menghilangkan kebencian itu. Ketika kau membenci siang, maka sore hadir dengan segala keindahannya.  Ketika kau terluka oleh senja, maka malam hadir. Berharap kau bisa menangis keras, menumpahkan segala kegundahanmu padanya. Dan ketika malampun tak bisa, aku, pagi, berharap bisa memberimu semangat untuk bangkit seiring bergantinya hari. Bukankah setiap pagi semua orang selalu  berdoa agar harinya lebih baik dari hari kemarin?”

Aku bergeming. Berusaha mencerna setiap penjelasan yang meluncur dari pagi.

“Ada beberapa hal yang tidak bisa kitaa cintai selamanya, Nak. Maka hadir pengganti yang berharap dapat pula kau cintai, atau berharap, setidaknya mampu mengobati lukamu, dapat menghadirkan kembali senyummu,” ucap pagi lalu melangkah meniggalkanku.

Untuk kalian yang merasa pedih akan sebuah perpisahan..
Percayalah akan datang pengganti..
Seperti apa yang dikatakan pagi..

Dari seseorang yang percaya bahwa perpisahan selalu membawa cerita bahagia pada akhirnya..


0 komentar on "Pertanyaan Untuk Semesta"

Posting Komentar

Minggu, 03 Februari 2013

Pertanyaan Untuk Semesta

Diposting oleh Your Sunday Morning di 16.26

Dear semesta, baik-baik sajakah dirimu?  Sehatkah? Mohon maafkan bila sesamaku membuat keadaanmu buruk.. Kudengar  es di kutub semakin memburuk.. Sungguh, aku meminta maaf mewakili sesamaku untuk itu.

Dear semesta. Aku mengirim surat hari ini bukan hanya untuk itu. Aku ingin bertanya padamu.  Berpuluh-puluh pertanyaan  memenuhi sel abu-abu dalam kepalaku sejak dulu. Tapi kali ini, hanya satu yang ingin kutanyakan padamu.  “Kenapa ada pagi, siang, sore, dan malam? Kenapa mereka terus saja berganti? Tidak tahukah kau, kadang, aku hanya ingin lebih lama menghirup aroma embun di pagi hari. Atau menikmati bersantai di siang hari. Juga ingin lebih lama menikmati senja di sore hari. Dan tentu saja, memandangi langit gelap dengan segala macam hiasannya di malam hari. Tidak tahukah kau, kadang, aku hanya ingin menikmati salah satunya saja?”

Lalu kau tertawa keras. “Hei, apakah aku mengatakan sesuatu yang lucu?”

“Ya, kau lucu sekali. Ah tidak. Kau sekarah,”  ucapmu membuatku terdiam.

“Serakah? “ Aku bertanya dengan suara lirih. Bagaimana bisa?

“Tanya saja pada paagi, siang, sore, dan malam,” perintah semesta. “Mereka lebih tahu.”

Karena itu aku mengunjungi siang, berharap ia memberikan jawaban atas pertanyaanku. “Hei siang, tidak bisakah kau saja yang ada sepanjang hari? Agar aku bisa terus bersantai, berdiam diri di rumah. Berlindung dari matahari yang menyengat.”

Siang mengerutkan alisnya. Menatapku dengan tatapan yang tak bisa kubaca artinya. “Kau gila,” ucapnya membuatku terdiam. “Tanya saja pada sore. Aku tidak ingin menjawab pertanyaan konyol seperti itu.”

Dengan bersungut-sungut, aku mendatangi sore. Ah.. Biar kuberi tahu. Sore begitu wangi. Dan cantik. Aku benar-benar kagum melihatnya.  “Sore.. Aku sangat mengagumi senjamu. Tidak bisakah kau saja yang mengisi hari?” tanyaku dengan suara memelan.  Aku benar-benar tersihir oleh pesonanya.

Lalu sore  menggeleng dengan anggunnya. “Aku tidak ingin serakah. Apa kau tidak bosan menatapku terus? Coba tanyakan pada malam, mungkin dia mau mengabulkan permintaanmu,” ujar sore dengan suara yang sungguh merdu.

Maka aku mendatangi malam. Wajahku mulai suram sekarang. “Malam, apakah kau senang sekali jika saatmu berjaga datang?”

Malam tertawa pelan. “Tentu saja. Kenapa kau bertanya seperti itu?”

“Lalu maukah kau saja yang menemaniku. Aku hanya mau satu,” pintaku tanpa menjawab pertanyaan malam sebelumnya.

Kemudian malam tersenyum. “Tidak bisa. Aku tidak bisa seperti itu,” ucap malam. Lalu pergi meninggalkanku. Begitu saja.

Maka aku menyeret langkahku, hampir putus asa mengunjungi pagi. Dingin, segar, dan hangat langsung menyergapku ketika aku mengunjungi pagi.

“Ada apa nak?” tanyanya lembut. Aku merasakan aura ibuku. Membuatku ingin berlari, menghambur dalam pelukannya.

“Aku hanya ingin satu yang menemaniku. Entah pagi, siang, sore, atau malam.  Tidak bisakah?”

Pagi tersenyum lembut. “Nak, rupanya kau tidak cukup memaknai kehadiran kami,” jawabnya membuatku mengerutkan kening. “Tidakkah kau merasa beruntung karena kami terus berganti?”

Aku diam. Berharap pagi melanjutkan.

Dan dia benar-benar melanjutkan. “Bukankah kami selalu membawa suasana yang berbeda? Kau tidak akan menyukai salah satu dari kami selamanya kan?”

Aku tetap diam. Maka, pagi kembali melanjutkan.

“Ketika kau membenci pagi, maka siang hadir. Berharap bisa menghilangkan kebencian itu. Ketika kau membenci siang, maka sore hadir dengan segala keindahannya.  Ketika kau terluka oleh senja, maka malam hadir. Berharap kau bisa menangis keras, menumpahkan segala kegundahanmu padanya. Dan ketika malampun tak bisa, aku, pagi, berharap bisa memberimu semangat untuk bangkit seiring bergantinya hari. Bukankah setiap pagi semua orang selalu  berdoa agar harinya lebih baik dari hari kemarin?”

Aku bergeming. Berusaha mencerna setiap penjelasan yang meluncur dari pagi.

“Ada beberapa hal yang tidak bisa kitaa cintai selamanya, Nak. Maka hadir pengganti yang berharap dapat pula kau cintai, atau berharap, setidaknya mampu mengobati lukamu, dapat menghadirkan kembali senyummu,” ucap pagi lalu melangkah meniggalkanku.

Untuk kalian yang merasa pedih akan sebuah perpisahan..
Percayalah akan datang pengganti..
Seperti apa yang dikatakan pagi..

Dari seseorang yang percaya bahwa perpisahan selalu membawa cerita bahagia pada akhirnya..


0 komentar:

Posting Komentar

 

Your Sunday Morning.. Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipietoon Blogger Template Image by Online Journal